Ahmad Tohari photo

Ahmad Tohari

Ahmad Tohari is Indonesia well-knowned writer who can picture a typical village scenery very well in his writings. He has been everywhere, writings for magazines. He attended Fellowship International Writers Program at Iowa, United State on 1990 and received Southeast Asian Writers Award on 1995.

His famous works are trilogy of Srintil, a traditional dancer (ronggeng) of Paruk Village: "Ronggeng Dukuh Paruk", "Lintang Kemukus Dini Hari", and "Jantera Bianglala"

On 2007, he releases again "Ronggeng Dukuh Paruk" in Java-Banyumasan language which is claimed to be the first novel using Java-Banyumasan. Toward his effort, he receives Rancage Award 2007. The book is only printed 1,500 editions and sold out directly in the book launch.

Bibliography:

* Kubah (novel, 1980)

* Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)

* Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)

* Jantera Bianglala (novel, 1986)

* Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)

* Senyum Karyamin (short stories, 1989)

* Bekisar Merah (novel, 1993)

* Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)

* Nyanyian Malam (short stories, 2000)

* Belantik (novel, 2001)

* Orang Orang Proyek (novel, 2002)

* Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)

* Mata yang Enak Dipandang (short stories, 2013)


“Yang penting, kita telah bersahabat. Persahabatan tidaklah sesempit teka teki silang, bukan?”
Ahmad Tohari
Read more
“Ingat, hanya Arjuna kecil yang dapat mengalahkan Nirwatakawaca yang raksasa, hanya di Daud kecil yang bisa mengalahkan Goliath. Toh Don Quichote tidak berhasil menumbangkan sebuah kincir angin meskipun memakai baju besi dan pedang jenawi. Lalu, camkanlah I have not begun to fight yet.”
Ahmad Tohari
Read more
“Karena saat ini banyak perwira yang ora merwirani lagi. Yang saya maksud dengan perwira adalah parawira, yaitu orang-orang yang tidak merasa kehilangan apapun ketika bersikap hormat dan peduli kepada orang lain. Orang-orang yang tidak merasa rendah ketika meninggikan harkat dan martabat orang lain. Mereka adalah orang-orang yang malu ketika merasa dirinya lebih penting daripada orang lain siapapun orang lain itu.”
Ahmad Tohari
Read more
“Mereka mengira dengan melampiaskan dendam maka urusannya selesai. Nah, mereka keliru. Dengan cara itu bahkan mereka memulai urusan baru yang panjang dan lebih genting. Di dunia ini, Nak, tak ada sesuatu yang berdiri sendiri. Maksudku, tak suatu upaya apa pun yang bisa bebas dari akibat. Upaya baik berakibat baik, upaya buruk berakibat buruk.”
Ahmad Tohari
Read more
“Bahwa rasa dendam mampu membinasakan martabat kemanusiaan. Juga di antara dua orang dusun yang masih terikat pada keserbaluguannya.”
Ahmad Tohari
Read more