Ali Zaenal photo

Ali Zaenal

Penulis lahir di Bogor dan menghabiskan masa kecil di sekolah umum, sekolah madrasah, dan bermain sepak bola antar kampung. Pernah bercita-cita jadi pemain sepak bola hebat, ia mulai mencintai buku bacaan ketika masuk SMP dan mulai mengkliping beberapa bacaan dari koran tentang berbagai hal. Lulus dari SMA, keinginannya melanjutkan kuliah kandas karena masalah ekonomi. Tahun 2002, ia mulai mengadu nasib ke Jakarta, tepatnya di daerah Cakung dengan berprofesi sebagai pengangkut minuman dari satu agen ke agen lainnya. Di sela itu, ia masih tetap membaca berbagai buku dan mulai rutin membuat catatan soal keseharian yang ia lakoni.

Ketika bekerja sebagai operator warnet tahun 2006, pengetahuan literasinya makin bertambah karena akses internet yang mudah. Informasi seputar dunia buku dan menulis pun jadi lebih gampang. Catatan-catatan yang ia tulis lantas disertakan dalam sebuah workshop menulis bareng Raditya Dhika dan terpilih sebagai peserta gratis untuk dibina dengan mendapatkan beasiswa menulis dari Gagas Media Group.

Dari situlah karir kepenulisannya dimulai. Ia mengenal beberapa penulis dan editor, lantas menerbitkan beberapa buku.

Semua hal yang ia pelajari berasal dari buku dan pengalaman yang dilakukan secara otodidak.


“Ada masa, dimana akhir perjalananmu harus diakhiri dengan tanda titik.”
Ali Zaenal
Read more
“140 karakter kali 10 twit per hari, kalikan lagi seminggu. Sudah berapa halaman naskah yang kau dapatkan, Duhai?”
Ali Zaenal
Read more
“Seperti permainan Sepak bola, menulis itu sangat rawan di menit-menit awal dan menit-menit akhir.”
Ali Zaenal
Read more
“Mungkin bukan shalatnya sehingga perbuatan keji dan mungkar masih merajalela. Bisa jadi, karena tata cara wudhu kita yang masih salah.”
Ali Zaenal
Read more
“Berbicara soal pelet, dulu selalu berhubungan dengan bogem mentah, tetapi kini pelet hanya sebatas pakan ikan.”
Ali Zaenal
Read more
“Masih mending cinta segitiga ketimbang kita bersusah payah meluruskan jajaran genjang.”
Ali Zaenal
Read more