Andrea Hirata photo

Andrea Hirata

Under a bright sunny sky, the three-day Byron Bay Writers’ Festival welcomed Andrea Hirata who charmed audiences with his modesty and gracious behavior during two sessions.

Andrea also attended a special event where he and Tim Baker, an Australian surfing writer, spoke to a gathering of several hundred school children. During one session, Andrea was on a panel with Pulitzer Prize winning journalist from Washington, DC, Katharine Boo, which he said was a great honor.

The August event for the school children was very meaningful to Andrea, the barefooted boy from Belitung, as he made mental comparisons with the educational opportunities of these children, compared to what he experienced.

And now his own life story is about to become even more amazing, as his book Laskar Pelangi (The Rainbow Troops) is being published around the world in no less than twenty-four countries and in 12 languages. It has caught the eye of some of the world’s top publishing houses, such as Penguin, Random House, Farrar, Straus and Giroux, (New York, US) and many others. Translations are already on sale in Brazil, Taiwan, South Korea and Malaysia.

All this has come about because of the feeling of appreciation that the young Andrea felt for his teacher, Muslimah. He promised her that he’d write a book for her someday. This was because for him and his school friends, a book was the most valuable thing they could think of.

Andrea told a story that illustrated this fact. When royalties flowed in for him he decided to give his community a library. He spent a lot of money on books. He left the village headman in charge of administering the library. However, when he came back several months later, all the books were gone. People loved the books, but they had no concept of how a lending library functioned.

“Some of them could not even read, but they just loved to have a book, an object of great value and importance, in their homes. We will restock the library with books and this time it will be run by our own administration,” he laughed.

Andrea told this story as we sat in the coffee shop adjoining a Gold Coast City Library, one of 12 scattered around the city. One of the librarians, Jenneth Duque, showed him around the library, including the new state-of-the-art book sorting machine, for processing returns located in the staff area. As he saw the books being returned through pigeonholes by the borrowers and the computerized conveyor belt sorting them into the correct bin for reshelving, the sight made him laugh and prompted the telling of that story.

Andrea wrote the book for his teacher while in the employ of Telkom, but the completed manuscript was taken from his room, which was located in a Bandung student accommodation community. Whoever took the manuscript knew enough to send it to a publisher and that’s how Andrea, an unhappy postal service worker who had studied economics in Europe and the UK, became the accidental author of the biggest selling novel in Indonesia’s history.

He has since written seven more books.

Fast forward to 2011 and Andrea was in Iowa, the US, where he did a reading of his short story, The Dry Season. He was approached by an independent literary agent, Kathleen Anderson. They talked, but for six months there was no news until an email arrived telling him that one of the best publishers in the US, Farrar, Straus and Giroux, had accepted his book.

Then every week, more publishers said “yes” and now he has 24 contracts from the world’s leading publishers.

Andrea worked with Angie Kilbane of the US on the English translations of Laskar Pelangi and its sequel Sang Pemimpi (The Dreamer). Translators from several other countries have visited his home village in Belitung to do research.

“For a long time I wondered what was the key to the enormous success of my book,” Andrea said.

“I think there’s no single right answer. Perhaps people are fed up with writing focused on urban issues or esca


“orang2 yg menang di hidup tidak selalu kuat, cepat, pintar.pada akhirnya yang menang adalah orang yang percaya pada dirinya sendiri.”
Andrea Hirata
Read more
“hal paling sinting yang mungkin dilakukan umat manusia d muka bumi ini sebagian besar berasal muasal dari cinta”
Andrea Hirata
Read more
“..Pamanku yang berjiwa lapang dan merupakan umat Nabi Muhammad yang amat pemurah, menyediakan kopi miskin dalam menu warungnya. Sesekali, secara diam-diam, pamanku menyuruh kami menambahkan gula untuk kopi miskin, karena ia tak sampai hati pada kaum yang papa itu. Namun aneh, pembeli melarat yang telah terbiasa dengan kopi miskin malah tak menyukai hal itu. Pelajaran moral nomor dua puluh dua: kemiskinan susah diberantas karena pelakunya senang menjadi miskin.”
Andrea Hirata
Read more
“Hukum karma pasti berlaku, Boi," kata Paman dengan serius. "Maka jangan kau nakal dan jahat, ya. Nanti kau kena hukum karma." Aku mengangguk angguk dengan takzim. Kusimpan benar pelajaran itu.”
Andrea Hirata
Read more
“Darinya, aku mengambil filosofi bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan; bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seorang yang bukan penakut.”
Andrea Hirata
Read more
“-kalau aku susah, cukuplah kutangisi semalaman. semalam suntuk. esoknya aku tak mau lagi menangis. aku bangun dan tegak kembali-”
Andrea Hirata
Read more
“Turning a friend into a lover, mengubah teman menjadi kekasih, ternyata proses itu menyenangkan. Tapi saat-saat turning back a lover into a friend, membalikkan lagi dari kekasih menjadi teman, rupanya bisa juga menjadi indah.”
Andrea Hirata
Read more
“Lintang was very rational; Mahar was a daydreamer. Mahar was easily inspired by just about anything. Like Lint- ang, Mahar also was a true genius—just a different kind of genius. This kind of genius isn’t easily understood by most people and is rarely considered “intelligent” by ordinary people’s standards.”
Andrea Hirata
Read more
“My story is the story of forgotten people and the voice of the voiceless.”
Andrea Hirata
Read more
“Ayahku adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku”
Andrea Hirata
Read more
“Kawan, di kampung kami kebenaran harganya hanya seribu lima ratus perak. Warnanya hitam, bergenang di dalam gelas, saban pagi.”
Andrea Hirata
Read more
“Gila itu ada 44 macam, semakin kecil nombornya, semakin parah gilanya.”
Andrea Hirata
Read more
“Kawan, menurut ketentuan agama, tak boleh diamkan jika orang tua bertanya lebih dari tiga kali.”
Andrea Hirata
Read more
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya, dan bangsa yang besar menurunkan sifatnya kepada warganya.”
Andrea Hirata
Read more
“Sejarah telah memperlihatkan semua hal tentang kerakusan, kesombongan, kekejaman, keikhlasan, pengorbanan, dan daya juang di mana semua orang dapat becermin. Namun tampaknya manusia lebih bernafsu membuat sejarah ketimbang belajar dari sejarah.”
Andrea Hirata
Read more
“Allah Suka Angka Ganjil”
Andrea Hirata
Read more
“To make a difference. Salah satu manfaat pendidikan adalah agar manusia dapat membedakan..”
Andrea Hirata
Read more
“sang pemimpi”
Andrea Hirata
Read more
“Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepakbola.”
Andrea Hirata
Read more
“Ajaibnya waktu, masa lalu yang menyakitkan lambat laun boleh berubah menjelma menjadi nostalgia romantik yang tidak ingin dilupakan.”
Andrea Hirata
Read more
“aku tak habis mengerti, mengapa orang-orang gampang sekali mengata-ngatai pemerintah. Kalau bicara, sekehendak hatinya saja. Apa mereka kira gampang mengelola negara? Mengurusi ratusan juta manusia? Yang semuanya tak bisa diatur. Kalau mereka sendiri yang disuruh mengurusi negara, takkan becus juga!”
Andrea Hirata
Read more
“Orang yang cemburu sepertiku, jika bercermin membelah cermin. Jika Pemilu-menjual suara. Jika tak punya uang-jadi penipu. Jika punya uang-jadi rentenir. Jika menjadi supporter-menyalah-nyalahkan wasit. Jika mencintai-menyakiti. Jika menjadi politisi-korupsi.”
Andrea Hirata
Read more
“Namun, bukankah adakalanya, menyerahkan diri pada godaan dan memelihara rahasia, menjadi bagian dari indahnya menjalani hidup ini?”
Andrea Hirata
Read more
“Semua taktik yang merugikan diri sendiri itu, jika boleh disebut dengan satu kata, itulah cinta.”
Andrea Hirata
Read more
“Aku benci pada diriku karena tidak bisa melupakan A Ling. Tapi aku juga benci pada diriku sendiri karena membenci diriku sendiri yang tak bisa melupakan A Ling.”
Andrea Hirata
Read more
“aku belajar menaruh hormat kepada orang yang menegakkan martabatnya dengan cara membuktikan dirinya sendiri, bukan dengan membangun fikiran negatif tentang orang lain.”
Andrea Hirata
Read more
“Begitu banyak hidup orang berubah lantaran sebuah pertemuan. Disebabkan hal itu, umat Islam disarankan melihat banyak tempat dan bertemu dengan banyak orang supaya nasibnya berubah”
Andrea Hirata
Read more
“Bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi.”
Andrea Hirata
Read more
“Jika hati kita tulus berada di dekat orang berilmu, kita akan disinari pancaran pencerahan, karena sesungguhnya kepintaran sangat mudah menjalar.”
Andrea Hirata
Read more
“Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu; jangan bersedih karena kau hanya akan bersedih sendirian.”
Andrea Hirata
Read more
“stop dreaming is the tragedy...”
Andrea Hirata
Read more
“Beri aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar!”
Andrea Hirata
Read more
“Di sekitar kita ada kawan yang selalu hadir sebagai pahlawan.”
Andrea Hirata
Read more
“tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati... - Arai”
Andrea Hirata
Read more
“Sering aku disiksa oleh pertanyaan: mengapa A Ling bisa begitu? Apa salahku sehingga ia begitu? Apa yang ada di kepala seorang perempuan? Apakah pertimbangan yang bijak? Kecemasan? Atau sekadar dengungan? Sungguh aku tak mengerti. NAmun, perlukah aku mengerti? Kurasa tidak. Yang kuperlukan hanyalah menghormati keputusannya, dan karena Tuhan telah menciptakan manusia dengan hati dan pikiran yang boleh punya jalan masing-masing, penghormatan seharusnya tidak memerlukan pengertian. (hlm. 237)”
Andrea Hirata
Read more
“Namun, ternyata, jika seseorang hanya memikirkan seseorang, bertahun-tahun, dan dari waktu ke waktu mengenai isi hatinya sendiri dengan cinta hanya untuk orang itu saja, maka saat orang itu pergi, kehilangan menjelma menjadi sakit yang tak tertangguhkan, menggeletar sepanjang waktu. (hlm. 238)”
Andrea Hirata
Read more
“Ini aku! Putra ayahku! Berikan padaku sesuatu yang besar untuk kutalukkan! Beri aku mimpi-mimpi yang tak mungkin karena aku belum menyerah! Takkan pernah menyerah. Takkan pernah!”
Andrea Hirata
Read more
“Orang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri, adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri. (hlm. 197)”
Andrea Hirata
Read more
“jika kau terjun, terjunlah kau sendiri. (Padang Bulan)”
Andrea Hirata
Read more
“Aku telah mengidap sakit gila nomor enam belas: yakni penyakit manusia yang membuat dunia sendiri dalam kepalanya, menciptakan masalah-masalahnya sendiri, terpuruk di dalamnya, lalu menyelesaikan masalah-masalah itu, sambil tertawa-tawa, juga sendirian.”
Andrea Hirata
Read more
“Untuk sesuatu yang paling kuinginkan melebihi apa pun.”
Andrea Hirata
Read more
“Preparation Perfect Performances”
Andrea Hirata
Read more
“Sudah kukatakan padamu, Kawan, di negeri ini, mengharapkan bahagia datang dari pemerintah, agak sedikit riskan”
Andrea Hirata
Read more
“Tuhan tahu tapi menunggu”
Andrea Hirata
Read more
“Maka di negeri ini, para pemimpi adalah pemberani. Mereka Kesatria di tanah nan tak peduli. Medali harus dikalungkan di leher mereka.”
Andrea Hirata
Read more
“..kerja Tuhan tidak boleh diramal...nasib, usaha dan takdir bagaikan tiga bukit biru samar-samar yang memeluk manusia dalam lena".”
Andrea Hirata
Read more
“Kawan, kadang kala, cinta dan gila samar bezanya”
Andrea Hirata
Read more
“Mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya. Makin pahit kopinya, makin berlika-liku petualangannya. Hidup mereka penuh intaian mara bahaya. Cinta? Berantakan. Istri? Pada minggat. Kekasih? Berkhianat di atas tempat tidur mereka sendiri! Bayangkan itu. Bisnis? Mereka kena tipu. Namun, mereka tetap mencoba dan mencipta. Mereka naik panggung dan dipermalukan. Mereka menang dengan gilang-gemilang lalu kalah tersuruk-suruk. Mereka jatuh, bangun, jatuh, dan bangun lagi. Dalam dunia pergaulan zaman modern ini mereka disebut para player.”
Andrea Hirata
Read more
“Hiduplah Untuk Memberi yang Sebanyak-banyaknya, Bukan untuk Menerima yang Sebanyak-banyaknya. (Pak Harfan)”
Andrea Hirata
Read more
“Pekerjaan itu tidak memberiku kelimpahan tapi memberiku keamanan finansial sekaligus kehidupan yang itu-itu saja ”
Andrea Hirata
Read more