Kecintaan Francisca Todi pada cerita telah mulai sejak kecil. Dia melahap setiap buku di perpustakaan sekolah dan sering mengarang cerita bersama teman-teman dan adiknya.
Francisca dan suaminya kini tinggal di Belanda—negeri dengan angin dingin, jalan-jalan berkelok penuh gedung tua, dan kanal-kanal indah yang tidak pernah gagal memicu ide kreatifnya.
Dapatkan buku-buku Francisca Todi di Gramedia, Gramedia Digital dan Google Play (https://play.google.com/store/books/a...)
Twitter: @CiscaTodi
Facebook: www.facebook.com/FranciscaTodi
“Wanita cerdas bisa menghadapi cecunguk mana pun dengan anggun.”
“Kadang waktu bergulir maju, tapi tanpa dirimu. Kadang hidup berputar, tapi kau tertinggal di belakang. Lalu mendadak kau sadar, bukan salah waktu tak mau menunggu, bukan salah hidup terus berputar. Tapi salahmu, berdiri membeku di tengah jalan, menolak meninggalkan masa lalu.”
“Ganteng bukan segalanya. Kau belum tahu saja, sewaktu-waktu dia bisa berubah menjadi monster yang mengerikan.”
“Mungkin kau harus berhenti memedulikan apa kata orang tentang dirimu.”
“Bila hidup ini memang pertarungan, kita baru tahu siapa yang menang dan kalah di akhir kehidupan. Selama kita masih bernapas, masih ada kesempatan untuk menang.”
“Kau yakin kau sudah mengecek rias wajahmu? Matamu kelihatan seperti mata panda.”
“Bila dari dulu aku tahu sebuah tabrakan bisa mempertemukanku dengan wanita cantik sepertimu, aku tak akan mengemudi terlalu hati-hati.”
“Karamel. Aku baru memperhatikan, warna matanya coklat keemasan, seperti sirup karamel yang selalu kucampurkan di kopiku.”
“Aku tidak percaya akan cinta pada pandangan pertama. Tapi harus kuakui, aku menyukai apa yang kulihat pada pandangan pertama.”