Titon Rahmawan photo

Titon Rahmawan

Titon Rahmawan, lahir di Magetan - sebuah kota kecil di lereng Gunung Lawu, Jawa Timur, Indonesia pada tanggal 13 November 1969. Menulis sejak Sekolah Menengah karena terdorong oleh kegemaran membaca. Sedang mempersiapkan sejumlah novel sekaligus, juga menulis sajak, prosa lirik, cerita pendek dan esay. Karya cerpen termuat dalam antology "Tembang Bukit Kapur" (Escaeva,2007) Karya dalam bentuk sajak termuat dalam antologi bersama “Dian Sastro For President #2 (On/Off, 2004). Beberapa karya lain dalam bentuk esai dan cerpen masuk dalam antologi bersama “Sastra Pembebasan” (Yayasan Damarwarga, 2004). Beberapa puisi terpilih sebagai puisi terbaik versi Puitika.net dan terakhir salah satu puisinya terpilih sebagai nominasi 15 puisi terbaik Lomba Cipta Puisi 2006 yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesenian Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Novel "Turquoise" adalah bagian pertama dari sebuah trilogy, judul berikutnya "Sapphire" dan "Pyrite." Sementara ini masih terus giat menulis dan aktif sebagai anggota dewan redaksi majalah sastra "Imajio."


“Apakah kebahagiaan? Di manakah dapat aku temukan kebahagiaan? dan sejauh pencarianku atas makna kebahagiaan itu, aku hanya dapat merumuskannya dalam tiga laku manusia: Ingat, Ikhtiar, Ikhlas.”
Titon Rahmawan
Read more
“Banyaknya kesibukan seringkali membuat kita lupa bahwa ada banyak hal yang jauh lebih penting dari sekadar kesibukan itu sendiri.”
Titon Rahmawan
Read more
“Keburukan prasangka hanya akan mendekatkan manusia kepada fitnah. Dan tidak ada yang lebih membahayakan jiwa manusia selain daripada sebuah fitnah yang keji.Lepaskan dirimu dari beban-beban prasangka atau bayang-bayang kegelapan akan meliputi jiwamu dan kau akan kehilangan cahaya kemanusiaan”
Titon Rahmawan
Read more
“Ada begitu banyak kemalangan, namun dari semua itu kebodohanlah yang tinggal menetap. Orang-orang bodoh melihat, mendengar dan merasakan seperti orang-orang lain, akan tetapi mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman atas diri sendiri dan keadaan di sekelilingnya.Berusaha memahami si bodoh adalah suatu tindakan yang sia-sia, pada akhirnya tanggapan mereka hanya akan membangkitkan amarah dan kejengkelan.Kebodohan serupa botol yang memiliki lubang di dasarnya, Seberapa pun banyaknya kebaikan dan pengetahuan yang kita tuang ke dalamnya ia akan berlalu dengan sia-sia.Mereka yang termasuk ke dalam golongan orang-orang bebal adalah mereka yang menukar sahabatnya dengan uang, dan menggantikan saudaranya dengan kilau emas dan permata.Hati orang bodoh ada dalam lidahnya dan dengan hal itu ia menggembar-gemborkan kelebihannya yang tak lain adalah sebuah omong-kosong. Sebaliknya, lidah orang bijak ada adalam hatinya dan ia memeliharanya dengan sangat hati-hati agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak perlu.Dan bahkan, hidup orang bebal jauh lebih buruk dari kematian. Orang-orang bebal dan dungu hanya akan menjadi beban bagi kehidupan, karena seumur hidup mereka tak pernah mau belajar.Kebodohan adalah batu pejal yang dibuang orang ke dalam sungai karena menghalangi orang yang akan lewat.Kebodohan punya banyak nama dan mereka menunjukkan wajahnya dalam berbagai wujud. Aku dapat menyebutkan sejumlah di antaranya, yaitu: egoisme dan keras-kepala, bebal dan degil, sikap anarkhi yang membabi buta, sikap acuh-tak acuh dan ketidak-pedulian, pembenaran diri sendiri, tak mau mendengar nasehat, dan kecerobahan yang tak terobati.”
Titon Rahmawan
Read more
“Semua yang berasal dari dunia menuju ketiadaan. Dalam dunia tiada berkat, di luar dunia tidak terselami. Jadi apalah arti dunia kalau bukan kesia-siaan?”
Titon Rahmawan
Read more
“Tanpa penderitaan, dunia tidaklah eksis.”
Titon Rahmawan
Read more
“Penderitaanku yang paling utama adalah kemelekatanku pada dunia ini. Namun bukan dunia yang menjadi sumber penderitaan itu melainkan kelemahan jiwaku sendiri.”
Titon Rahmawan
Read more
“Airmata adalah satu dari sekian cara yang dipakai manusia untuk melepaskan diri sesaat dari beban kemanusiaanya.”
Titon Rahmawan
Read more
“Mengapa aku begitu mencintai dunia ini, padahal ia telah mengkhianati diriku dan merampas kemurnianku?”
Titon Rahmawan
Read more
“Mungkinkah manusia melepaskan diri dari beban hasrat dan juga rasa pamrih?”
Titon Rahmawan
Read more
“Orang-orang angkuh cenderung mengingkari kelemahan jiwanya sendiri, sampai kemudian mereka jatuh terperosok ke dalam hasil kebekuan sifatnya itu.”
Titon Rahmawan
Read more
“Egoisme adalah pencerminan harkat diri yang rendah. Manusia egois cenderung menuntut orang-orang di sekelilingnya untuk memenuhi segala apa yang ia butuhkan jauh melebihi apa yang sanggup ia terima, karena secara emosional mereka gagal memperoleh pemuasan dari dirinya sendiri.”
Titon Rahmawan
Read more
“Ada batas yang sangat tipis antara aku dan keakuanku. Saat aku berhasil merobohkan keakuan dalam diriku aku dapat melihat diriku yang sesungguhnya.”
Titon Rahmawan
Read more
“Suara kebajikan tak akan pernah mampu menyentuh pikiran yang bebal betapa pun keras kebajikan itu berteriak. Tak ada yang mampu membuatnya tersadar, kecuali kesadaran itu tumbuh dengan sendirinya hingga mampu melumerkan kebekuan dalam hatinya dan membuatnya belajar untuk mendengarkan suara orang lain.”
Titon Rahmawan
Read more
“Tanpa ambisi waktu berjalan begitu lambat, dan hari demi hari terasa sebagai pengulangan dari sebuah siksaan yang sungguh tiada terperi”
Titon Rahmawan
Read more
“Ambisi mendorong manusia mengatasi semua bentuk kesulitan hidup dan sekaligus tikaman kebosanan.”
Titon Rahmawan
Read more
“Apa yang membuat manusia merasa terkucil, bukanlah penerimaan atau penolakan dunia melainkan karena kekerdilan jiwanya sendiri.”
Titon Rahmawan
Read more
“Kemurungan adalah sedikit saja pertanda dari keberadaan jiwa. Tanpa kemurungan, jiwa enggan tinggal di dalam tubuh.”
Titon Rahmawan
Read more
“Jika hidup ini sungguh-sungguh nyata, benak kita tak akan terganggu oleh begitu banyak keragu-raguan. Akan tetapi, bila ia hanya sekadar ilusi, lalu apa arti hidup yang sesungguhnya?”
Titon Rahmawan
Read more
“Para pecundang terlalu sering mendengarkan kekhawatiran di dalam hati mereka sendiri, sementara para pejuang sejati tidak lagi memikirkan beban yang mereka pikul”
Titon Rahmawan
Read more
“Kegagalan adalah perasaan yang selalu membayangi langkah seorang pecundang, dan kegagalan yang sama itu pulalah yang dipakai oleh orang-orang sukses sebagai batu pijakan untuk meraih apa yang mereka impikan.”
Titon Rahmawan
Read more
“Bagaimana aku dapat mencintai hidup, bila aku melihat dunia dari sudut pandang seorang pecundang?”
Titon Rahmawan
Read more
“Beban hasrat membuat manusia menjadi budak atas keinginannya sendiri.”
Titon Rahmawan
Read more
“Penyakit jiwa kita yang paling utama adalah kehendak kita yang berlebihan atas dunia ini”
Titon Rahmawan
Read more
“Rasa tidak puas adalah ibarat menara babel yang dibangun dalam benak manusia; Mereka yang memanjat tak pernah sampai ke atas, mereka yang turun tak pernah sampai ke bawah, mereka yang berdiam diri tak pernah sampai kemana-mana.”
Titon Rahmawan
Read more
“Kemujuran adalah sebatas sepelemparan dadu, kita tidak mungkin berharap untuk menang terus-menerus.”
Titon Rahmawan
Read more
“Kekikiran tidak akan membuat orang menjadi lebih kaya, dan ketamakan tak akan pernah membuat orang menjadi lebih dihargai.”
Titon Rahmawan
Read more
“Uang tak pernah seburuk yang kita kira. Ia merupakan sumber berkat di tangan seorang penderma yang tulus, dan batu pengasah agar orang menjadi arif. Kebijaksanaan seseorang tidak bergantung pada seberapa banyak yang mungkin ia dapatkan, melainkan pada seberapa banyak yang mungkin ia berikan.”
Titon Rahmawan
Read more