Y.B. Mangunwijaya photo

Y.B. Mangunwijaya

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya was an architect, writer, Catholic priest, and activist. Romo Mangun (Father Mangun) was publicly known by his novel "Burung-Burung Manyar" which was awarded Ramon Magsaysay Award for South-East Asia Writings on 1996.

Not only active in the fiction genre, Romo Mangun also wrote many non-fiction and architectural works such as "Sastra dan Religiositas" [tr.: Literature and Religiosity] which won The Best Non-Fiction prize in 1982.

Bibliography:

* Balada Becak, novel, 1985

* Balada dara-dara Mendut, novel, 1993

* Burung-Burung Rantau, novel, 1992

* Burung-Burung Manyar, novel, 1981

* Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa, 1987

* Durga Umayi, novel, 1985

* Esei-esei orang Republik, 1987

* Fisika Bangunan, buku Arsitektur, 1980

* Gereja Diaspora, 1999

* Gerundelan Orang Republik, 1995

* Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, novel, 1983

* Impian Dari Yogyakarta, 2003

* Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta, 2000

* Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia modern, 1999

* Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia, 1999

* Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya, 1999

* Menuju Indonesia Serba Baru, 1998

* Menuju Republik Indonesia Serikat, 1998

* Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab, 1999

* Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, 1999

* Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya, 1986

* Pohon-Pohon Sesawi, novel, 1999

* Politik Hati Nurani

* Puntung-Puntung Roro Mendut, 1978

* Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern

* Ragawidya, 1986

* Romo Rahadi, novel, 1981 (he used alias as Y. Wastu Wijaya)

* Roro Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel trilogi, 1983-1987

* Rumah Bambu, 2000

* Sastra dan Religiositas, 1982

* Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat, 1999

* Soeharto dalam Cerpen Indonesia, 2001

* Spiritualitas Baru

* Tentara dan Kaum Bersenjata, 1999

* Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan kemasyarakatan, 1994

* Wastu Citra, buku Arsitektur, 1988


“Definisi negara federal yang paling tepat adalah Bhinneka Tunggal Ika. Justru demi ke-Tunggal-an RI itulah ke-Bhinneka-an federal dalam abad ke-21 harus dibentuk.”
Y.B. Mangunwijaya
Read more
“Uang tidak kucari dan emas membuatku menggeleng kepala. Hidup damai yang tahu bahasa bintang adalah pamrihku”
Y.B. Mangunwijaya
Read more
“Jangan mematok diri sendiri baku beku, mengklaim monopoli heroisme. Gelora hati harus disetir oleh otak yang pandai berkalkulasi, namun otak harus dijiwai hati.”
Y.B. Mangunwijaya
Read more
“Setiap strategi yang sehat dan benar harus selalu berusaha mereduksi pihak lawan seminimum mungkin dan merangkul kawan sebanyak mungkin, sambil membujuk sebanyak mungkin lawan menjadi kawan, terserah apa latar belakangnya. Gerakan yang berkebiasaan membuat musuh di mana-mana amatlah bodoh.”
Y.B. Mangunwijaya
Read more
“Mengatakan bahwa sebuah teks bermakna 'tunggal' - oleh ibu guru - merupakan suatu perkosaan terhadap prinsip pluralitas makna yang dimungkinkan prinsip pluralitas makna yang dimungkinkan di dalam semiotika. Mengatakan bahwa makna sebuah teks atau gambar harus mengikuti pemaknaan golongan tertentu merupakan satu bentuk represi tekstual.”
Y.B. Mangunwijaya
Read more
“Bhinneka Reka Wasana Shama Aja (Reka: Ikhtiar; Wassana: Akhir).”
Y.B. Mangunwijaya
Read more
“Indonesia ini memang negeri yang unik, penuh dengan hal-hal yang seram serius, tetapi penuh dagelan dan badutan juga. Mengerikan tapi lucu, dilarang justru dicari dan amat laku, dianjurkan, disuruh tetapi malah diboikot, kalah tetapi justru menjadi amat populer dan menjadi pahlawan khalayak ramai, berjaya tetapi keok celaka, fanatik anti PKI tetapi berbuat persis PKI, terpeleset tetapi dicemburui, aman tertib tetapi kacau balau, ngawur tetapi justru disenangi, sungguh misterius tetapi gamblang bagi semua orang. Membuat orang yang sudah banyak makan garam seperti saya ini geleng-geleng kepala tetapi sekaligus kalbu hati cekikikan. Entahlah, saya tidak tahu. Gelap memprihatinkan tetapi mengandung harapan fajar menyingsing......(menyanyi) itulah Indonesia. Menulis kolooom selesai.["Fenomena PRD dll,"].”
Y.B. Mangunwijaya
Read more
“Namun itu berarti bahwa telah tumbuhlah benih-benih pengakuan, bahwa yang benar-benar penting dalam sejarah justru adalah hidup sehari-hari, yang normal yang biasa, dan bukan pertama-tama kehidupan serba luar biasa dari kaum ekstravagan serba mewah tapi kosong konsumtif. Dengan kata lain, kita mulai belajar, bahwa tokoh sejarah dan pahlawan sejati harus kita temukan kembali di antara kaum rakyat biasa yang sehari-hari, yang barangkali kecil dalam harta maupun kuasa, namun besar dalam kesetiaannya demi kehidupan.”
Y.B. Mangunwijaya
Read more