Sept. 11, 2024, 11:45 a.m.
In a world where challenges come and go, a few heartfelt words can offer the inspiration we need to push forward. Whether you're seeking motivation, encouragement, or a refreshing perspective, quotes have the power to ignite your spirit and guide you through both personal and professional hurdles. Join us as we explore a curated collection of the top 42 quotes for inspiration, each chosen to uplift and rejuvenate your mind. Let these timeless words of wisdom be the catalyst for your next great breakthrough.
1. “Menulislah sedari SD, apa pun yang ditulis sedari SD pasti jadi.” - Pramoedya Ananta Toer
2. “Kesusastraan adalah hasil proses yang berjerih payah, dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu: ini bukan sekadar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin.” - Goenawan Mohamad
3. “Jika aku menulis dilarang, aku akan menulis dengan tetes darah!” - Wiji Thukul
4. “Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.” - Seno Gumira Ajidarma
5. “Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.” - Seno Gumira Ajidarma
6. “Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan jujur dan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada.” - Seno Gumira Ajidarma
7. “Berbicara itu mudah namun sulit dipertanggungjawabkan. Menulis lebih sulit namun lebih mudah dipertanggungjawabkan.” - Felix Y. Siauw
8. “Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi” - Helvy Tiana Rosa
9. “Di antara tantangan dalam menulis adalah berpikir sebagai pencipta sekaligus pembaca pada saat bersamaan.” - Helvy Tiana Rosa
10. “Kalau usiamu tak mampu menyamai usia dunia, maka menulislah. Menulis mperpanjang ada-mu di dunia dan amalmu di akhirat kelak.” - Helvy Tiana Rosa
11. “Menulis itu sebenarnya sama dengan berbicara, hanya saja itu kau catat.” - Helvy Tiana Rosa
12. “Tulisan itu rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yg tak akan pernah kau sesali kemudian.” - Helvy Tiana Rosa
13. “Menulis adalah memahat peradaban.” - Helvy Tiana Rosa
14. “Menulis itu mudah. Tapi bagaimana agar tiap huruf berarti dan bisa membuat pembacamu bergerak ke arah yg lebih baik, tanpa kau gurui.” - Helvy Tiana Rosa
15. “Saat menulis karya sastra, kita bisa menjelma siapapun yang kita inginkan, mencipta, membalik keadaan, membuatnya sesuka kita.” - Helvy Tiana Rosa
16. “Saya menulis bukan hanya untuk dunia, tetapi juga demi akhirat saya.” - Helvy Tiana Rosa
17. “Menulis dan bercahayalah!” - Helvy Tiana Rosa
18. “Tulisan kita tak akan mati, bahkan bila kita mati.” - Helvy Tiana Rosa
19. “Tingkat peradaban suatu bangsa diantaranya diukur dari berapa banyak orang yang membaca dan menulis di negeri itu.” - Helvy Tiana Rosa
20. “Menulislah dengan wawasan dan hati, agar bisa mencerdaskan dan sampai ke hati-hati yang lainnya.” - Helvy Tiana Rosa
21. “Mau jadi pengarang? Tak ada jalan lain kecuali membaca membaca, membaca terutama karya para sastrawan terkemuka dan menulis menulis menulis. Ikut workshop hanya penunjang, begitu pula teori-teori itu, komunitas untuk mengingatkan tekad, saling menyemangati, berbagi pengalaman. Tak seorangpun bisa menjadikan dirimu sebagai penulis/pengarang kecuali dirimu sendiri.” - Helvy Tiana Rosa
22. “Saya menulis untuk mencerahkan diri saya dan orang lain.” - Helvy Tiana Rosa
23. “Bagi saya membaca dan menulis itu bukan hobi, tapi kebutuhan.” - Helvy Tiana Rosa
24. “Ketika menulis saya harus yakin bahwa apa yang akan saya tulis baik, menarik dan bermanfaat.” - Helvy Tiana Rosa
25. “Awal karir menulis saya karena luka.” - Helvy Tiana Rosa
26. “Menulis itu menenagkan pikiran dan nurani yang nyeri.” - Helvy Tiana Rosa
27. “Menulis itu kegiatan menanam berlian di hati pembaca.” - Helvy Tiana Rosa
28. “Buku yang baik adalah buku yang bisa membuatmu bergerak.” - Helvy Tiana Rosa
29. “Menulis itu seperti bermain kungfu. Anda tidak akan pernah menjadi jago kungfu meski seumur hidup menonton Jacky Chan atau Jet Lee, tanpa berlatih kungfu.” - Helvy Tiana Rosa
30. “Mari bersenang-senang! Mari mengarang!” - Helvy Tiana Rosa
31. “Sastra bisa menampung semua gejolak dalam diri, mengurangi derita serta membuatmu lebih peka serta berdaya.” - Helvy Tiana Rosa
32. “Cerpen-cerpen itu telah menumbuhkan sayap di punggung saya.” - Helvy Tiana Rosa
33. “Mengapa saya menulis? Mungkin karena saya ingin selalu mendekapmu erat lewat kata-kata.” - Helvy Tiana Rosa
34. “Menulis itu menenangkan pikiran dan nurani yang nyeri.” - Helvy Tiana Rosa
35. “Menulis itu peduli. Menulis itu mencinta.” - Helvy Tiana Rosa
36. “Pembaca adalah jantung buku saya.” - Helvy Tiana Rosa
37. “Bagi saya menulis novel itu memahat kenangan, menyulut inspirasi sambil melakukan pembalasan atas kepedihan dengan cara yang paling indah.” - Helvy Tiana Rosa
38. “Pembalasan paling indah yang sangat pedih adalah lewat novel.” - Helvy Tiana Rosa
39. “Menulis selain perkara merangakai kata, juga membantu manusia menemukan jatindirinya. Melalui menulis pula, aku disadarkan untuk menyikapinkeadaan dengan bijak, tanpa harus repot repot berdiri di depan gedung dewan, membawa spanduk, dan berteriak teriak kepanasan” - Hilal ahmad
40. “menulis memang bukan mengeluarkan, tetapi aktivitas membobol berbagai sekat dalam diri dengan di luar dirinya, dengan apa yang menggelisahkannya sehingga mencapai kemapanan rasa untuk digelisahkan kembali.” - Dian Nafi - a rt gus faizal
41. “Menulis buku itu sama saja omong kosong kalau tujuannya agar terkenal, atau agar sombong karena sudah menulis buku, sama saja dengan omong kosong kalau yang dicari hanyalah uang.Menulis kemudian mempublikasikannya secara massal, harus dengan sebuah idealisme. Bahwa tulisan itu membawa banyak perubahan bagi hidup orang lain. Harus ada kebaikan di dalamnya. Bukan hanya sekedar menjual kertas, tinta, dan lem, kemudian merasa bangga hanya karenanya.” - Nadia Aghnia Fadhillah
42. “Bagi saya tidak penting disebut penulis, pengarang atau sastrawan, yang penting terus berkarya. Lalu dengan rendah hati terus belajar menulis.” - Helvy Tiana Rosa