“Waktu itu, kami tidak punya banyak, tetapi kami memiliki masing-masing (Ainun Habibie”
“Kami berdua suami istri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara, semacam telepati. Tanpa diberi tahu sebelumnya, sering kali karena tidak sempat, kami masing-masing dengan sendirinya melakukan tepat sesuatu yang diinginkan yang lainnya. Saya membuat masakan yang persis suami saya butuhkan tetapi saya lupa untuk menitipkan padanya sewaktu berangkat pagi. Hidup berat, tetapi manis. (Ainun Habibie, Tahun-tahun Pertama)”
“Dulu kami tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. Kami berenam telah berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar”
“Tuhan memberikan makanan kepada setiap burung, tetapi tidak melemparkannya ke sarang mereka masing-masing.”
“Terus, kalau emang kami berdua berubah sesuai yang diinginkan masing-masing, are we still the same person we both fall in love with? -Twivortiare-”
“Saya pikir, setiap orang memiliki waktu pesta masing-masing. Hanya saja, ada yang tak nikmat dan berhasil sempurna menikmati waktu pesta yang telah dijatahkan baginya”