“Setiap kali senja menyujud menunaikan solah, hatiku resah. Aku mengingati akan dirimu. Aku rindu kepada dirimu.”
“Dan hari ini, aku memandangi senja pertama yang kunikmati tanpa dirimu. Aku belajar berbahagia untukmu. Dia yang paling tepat. Aku tahu itu—tapi..., bagaimana denganku? Bagaimana caraku bahagia tanpa dirimu?”
“Bukankah aku pernah bilang padamu? Lebih baik aku kehilangan segalanya daripada harus kehilangan dirimu.”
“Mungkin kau telah melupakan aku. Tapi semoga saja di dalam dirimu masih tertinggal tentang aku...”
“Ya?" Aku bersandar penuh harap di susuran tangga. "Alasanku melarangmu melakukan penyelidikan ini sendirian," aku menduga - yah, baiklah, berharap - dia akan berkata begitu, "Itu karena aku tidak sanggup membayangkanmu membahayakan dirimu sendiri. Kau tahu, aku mencintaimu, Heather. Aku selalu mencintaimu.”
“aku melihat nikmat pada dirimu, maka ikatlah ia dengan syukurmu”