“Telat masuk, telat keluar, tapi paling tidak ia tidak terlalu terlambat untuk meraih impiannya menjadi sarjana di tengah kondisi karut-marut ekonomi keluarganya. Karenanya, ia tak mau lagi merasa menjadi orang yang telat dalam mendulang kesempatan.”

“Insinyur (Sarjana) yang bekerja pada orang lain itu (masuk dalam golongan) proletar. Karena ia menjual tenaganya (kepada orang lain) dan alat alat produksi yang dia gunakan untuk bekerja bukan menjadi hak miliknya.”

“Karena ia tidak mempunyai hak untuk memintaku tinggal, ditaruhnya sebelah sepatu menghadap keluar. Dan karena ia tidak ingin aku pergi, ia menaruh yang sebelah lagi menghadap ke dalam. Begitu melihat sepatu, langsung kusadari hatinya yang galau”

“Yang terbaik adalah menjadi setengah bijak, tidak terlalu bodoh dan terlalu pandai. Orang pandai yang pengetahuannya dalam jarang merasakan kebahagiaan di hatinya.”

“Momentum tidak dapat dikejar. Momentum hadir. Begitu ia lewat ia tidak lagi sebuah momentum. Ia menjadi kenangan. Dan kenangan tidak akan membawa Anda kemana-mana. Kenangan adalah batu-batu di antara aliran sungai. Anda seharusnya menjadi arus bukan batu.”

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”