“Hidup sekali hiduplah yang berarti”
“Anakku, selamat berjuang. Hidup sekali, hiduplah yang berarti.”
“Kalau bukan untuk bermanfaat, lalu buat apa kita hidup? Hidup sekali, berarti, lalu mati.”
“Hiduplah dengan hatimu, agar kau lebih berarti”
“Orang yang benar-benar berani adalah yang mencintai hidup dan mendambakannya sebagai harta kekayaan yang sekali hilang takkan dapat ditemukan kembali.”
“Setahuku, Papa tidak benci hidup. Dia tidak pernah membenci hidup. Tapi hiduplah yang membenci dia. Papa selalu meminta hidup untuk bersamanya dengan menggapai-gapai tumpukan pil dan masker oksigen. Bahkan ketika hidup akan meninggalkannya.”