“Kisah kejayaan negara kita dalam tempoh setengah abad sebenarnya berkaitan rapat dengan adanya dasar-dasar kenegaraan yang jelas dan terarah, termasuk dalam soal bahasa, pendidikan dan kebudayaan. Negara kita terbentuk atas landasan kontrak sosial yang jelas.”
“Sebagai bahasa ilmu pula, khususnya melalui peranannya sebagai bahasa penghantar utama sistem pendidikan negara, bahasa Melayu mengisi erti pendemokrasian pendidikan, dengan pengertian bahawa pelbagai ilmu dapat disampaikan kepada sebahagian besar rakyat melalui bahasa yang satu, sehingga kemungkinan wujudnya kesenjangan atau jurang ilmu dan kemahiran, sebagaimana yang berlaku dalam zaman penjajahan dapat dielakkan kerana kita mempunyai sistem pendidikan kebangsaan, bukan sistem yang memisah-misahkan empat aliran (aliran bahasa Inggeris dan tiga aliran vernakular - Melayu, Cina dan India).”
“Dunia, menurut Tuan, adalah sebuah model kartografi. Tuan dengan kalem dan konsisten berbicara tentang "ekstrem kiri" dan ekstrem kanan" dan sesuatu yang di tengah-tengah, tentang "barat" dan "timur", "utara" dan "selatan", "kafir" dan "beriman" dan "orang-orang yang ragu" dan sebagainya. Bagi Tuan dunia bisa digambar dengan jelas, bukan karena kita menyederhanakan soal, tetapi karena kita manusia, mau tak mau menyusunnya dalam konsep-konsep. Manusia adalah makhlkuk yang membentuk kategori. (dan) apakah bahasa sebenarnya, kalau bukan sesuatu yang terdiri dari konsep, pengelompokkan, dan penggolongan, karena ada kejelasan? Saya selalu kagum dengan semua itu. Tapi bagaiana dengan hal-hal yang acak, yang kebetulan, yang kecil-kecil yang tidak bisa dimasukkan dalam kategori-kategori? (maka kita harus) rendah hati, menerima kehadiran dunia dengan segala keacakannya, kerumitannya yang tidak selamanya bisa takluk kepada imperialisme konseptual. Tapi, tentu kita pun bertanya, bagaimana dengan itu kita akan mengubah dunia?”
“Negara akan hancur sekiranya kita mempunyai orang yang berliterasi tetapi tidak terdidik (literate uneducated) yang mempunyai keahlian dan kemahiran yang tinggi dalam ilmu sains Barat tetapi tidak mempunyai nilai adab, akhlak dan etika yang murni. Kita memerlukan manusia yang mempunyai gabungan dan kesepaduan antara dua akal seperti yang diajukan oleh Islam untuk membangunkan diri, masyarakat, negara dan dunia ini keseluruhannya.”
“Penekanan kepada ilmu sebagai satu kuasa (knowledge is power) membuat pemimpin dan pentadbir merancang dan melaksanakan dasar yang boleh mengembangkan ilmu, dan sekali gus mendapat kekuatan baru dalam hal tersebut. Kuasa Barat yang menjajah negara lain semuanya meletakkan peranan besar ilmu terutama dari segi memahami bahasa, pemikiran, budaya dan tradisi jajahan takluknya. Penekanan ini telah berjalan dengan teratur dengan gigih sehinggalah menimbulkan bidang pengajian baru, yang mengenai dunia Asia-Afrika disebut "Orientalisme".”
“Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana. Pengorbanan yang sederhana kesetiaan yang tak menuntut apapun dan keindahan yang apa adanya.”