“Untuk apa mengadu kesaktian jika tujuannya hanya untuk menunjukkan yang lebih unggul? Bukankah Sang Maha Pencipta tetap yang paling unggul di atas segala-galanya?”
“Untuk setiap musibah yang kau alami,selalu ada berkat tersembunyi yang tersedia bagimu. Asalkan kau sabar, bersyukur, dan tetap berharap pada Sang Pencipta.”
“Dia yang terlalu tinggi di atas singgasana tidak pernah melihat telapak kakinya. Dia tak pernah ingat, pada tubuhnya ada bagian yang bernama telapak kaki. Pendengarannya tidak untuk menangkap suara dewa, juga tidak suara segala yang di bawah telapak kaki. Ia hanya dengarkan diri sendiri. Suara murid Bapa ini takkan sampai kepadanya. Untuknya yang paling tepat hanya dijolok.”
“Tulisan membuatku semakin berani. Dan bukankah hidup ini terasa bermakna ketika ada keberanian untuk melalui badai kehidupan. Keberanian untuk menembus batas ketakutan. Keberanian untuk melalui malam yang panjang. Keberanian untuk bertanya, untuk apa kita di sini?Untuk apa?”
“Untuk apa menurutkan rindu, jika buah yang dipetik tetaplah luka.”
“Jadi, jika aku ditanyai, "Apa yang harus kulakukan untuk menjadi penulis sukses?" Aku akan menjawab bahwa kau harus menginginkannya lebih daripada kau menginginkan yang lain.”