“Otak itu utuh. Otak itu layar. Saya tak percaya jika linguistik dan psikoanalisa menawarkan sesuatu yang berarti untuk sinema. Berbeda halnya dengan apa yang ditawarkan biologi otak --biologi molekular. Pikiran itu molekular. Kecepatan-kecepatan molekularlah yang mampu membuat kita mengatasi betapa lambatnya kita (tubuh) merespon. Tepatnya adalah karena sinema membekerjakan imaji di dalam gerak, atau gerak-auto, dengan demikian sinema tak pernah berhenti melacak sirkuit-sirkuit otak". Deleuze: The Brain is The Screen, An Interview”

Deleuze

Deleuze - “Otak itu utuh. Otak itu layar. Saya tak...” 1

Similar quotes

“Teori tentang sinema tidak terletak di dalam sinema, melainkan pada konsep-konsep tentang sinema (outside), namun teori sinema ini sepraktis dan seefektif sinema itu sendiri. Para sutradara itu seperti pelukis atau musisi: mereka menguasai dengan baik tentang apa yang mereka kerjakan. Tapi, ketika mengerjakannya, mereka menjadi sesuatu yang lain, mereka menjadi filsuf atau teoritikus – bahkan Howard Hawks yang menyatakan tak butuh teori untuk berkarya, atau Godard yang dalam berkarya seolah-olah menyangkal teori. C2:280”

Deleuze
Read more

“Betapapun kecilnya kita, kita harus memperjuangkan apa yang kita percayai. Bukan berjuang dengan kekuatan pedang atau kepalan tangan kita, tapi kekuatan otak dan pikiran dan mimpi kita.”

Cressida Cowell
Read more

“Siapakah yang dapat menjelaskan dengan memuaskan apa yang menyebabkan kita tersenyum atau tertawa? Gerak bibir yang menyunggingkan senyum atau gerak otot yang menggerakkan bibir, bahkan juga mulut dan rahang kita yang membentuk tawa:apakah itu semua suatu fenomena fisik atau lebih daripada itu?---"Kita dan Humor", Kompas, Mei 1996”

Umar Kayam
Read more

“Suara kebajikan tak akan pernah mampu menyentuh pikiran yang bebal betapa pun keras kebajikan itu berteriak. Tak ada yang mampu membuatnya tersadar, kecuali kesadaran itu tumbuh dengan sendirinya hingga mampu melumerkan kebekuan dalam hatinya dan membuatnya belajar untuk mendengarkan suara orang lain.”

Titon Rahmawan
Read more

“Tapi semua itu saya kira hanya bisa kita pakai untuk mengenali cintakasih. Jika kita menggunakannya sebagai pedoman, maka yang terjadi adalah sebuah hukum baru yang datang dari luar tubuh manusia, yang tidak dialami melainkan diterapkan. Kesucian, bahkan kesederhanaan, yang dipaksakan sering kali malah menghasilkan inkuisitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide-ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita.”

Ayu Utami
Read more