“Ternyata orang kasmaran itu sampai lupa hari dan tanggal. Kesadaran menjadi barang langka. Komposisi diri menjadi jumpalitan. Namun setelah keruhnya mengendap, ikan pun akan tampak begitu jelas. Waktu melarutkan segalanya.(mayasmara)”
“Seorang perempuan bertanya, apa itu cinta?Sinergi hati dan akal dalam momentum reaksi metapora yang menghasilkan ruang kosong yang terlalu sulit dan terlalu berani untuk disebut sebagai suci atau bersih. Dia hidup dan menjadi wadah yang hadir hanya dengan dirasa, tapi bisa dilihat tak bisa diraba. Karena hidup dia akan mempunyai masa dan menempati ruang untuk bertumbuh, berkembang, dan menunaikan fungsi hidup beserta peserta hidup lainnya, dalam segala dimensi dan formatnya. Deteksi hati dan akali hanya mampu sampai menghampirinya saja. Selebihnya kata tak cukup punya fasilitas untuk menyelesaikan pendeteksian itu. Segala yang memasukinya akan bereaksi menjadi energi, bila berkontraksi akan menjadi vektor yang bergerak sentrifugal ataupun dalam jumlah komposisi yang tak terbatas mapun dalam berbagai formasi lainnya.”
“Seberkas cahaya menjadi begitu luar biasa bukan karena cahayanya, tetapi karena keadaan sekelilingnya. Semakin pekat, semakin bernilailah cahaya itu. Maka nilai itu bukan oleh apa yang di keluarkan, tetapi apa yang telah memberikannya. Karena hanya dengan memberikan dia akan menerima.”
“Warna menjadi rasa, rasa menjadi bentuk, bentuk menjadi arah, arah menjadi nisbi, nisbi menjadi ganjil, ganjil menjadi genap, genap masih harus digenapkan dalam kesederhanaan keteraturan pola dan struktur. Itulah keindahan.”
“Absurditas dunia maya, menyata dalam diri seorang Mayana. Absurditas cinta menjadi maya dalam kehidupan Mayana. Atau cinta menjadi realita dalam dunia maya Mayana? Di manakah realitas cinta Mayana? Dia terus mencari atau justru telah menemukan dan menikmatinya?”
“Bila manusia memiliki cinta dengan segala kesejatian, bersiap-siaplah menjadi pribadi yang sarat dengan keajaiban. Bergetar dalam silaturhami. Cinta. Energi. Kehidupan.(Mayasmara)”
“Cinta manusia dalam tahap ekstrem seringkali bercampur dengan beberapa derajat kematian—kematian terhadap ego sendiri, terhadap hasrat sendiri, terhadap kesenangan-kesenangan sendiri demi kepentingan yang lain. Dan ini disebabkan cinta manusia itu sendiri merupakan pantulan dari Cinta Tuhan, yang bisa dialami hanya setelah kematian ego, dan dapat mengantarkan kepada Tuhan jiwa-jiwa mereka yang cukup beruntung untuk mengalami cinta ini.Cinta ilahiyah kadang menggunakan cinta insaniyah sebagai jembatannya. (Mayasmara)”