“Aku percaya pada cinta. Aku hanya tidak ingin pernikahan justru menjadi batu sandungan.”
“Aku tidak percaya akan cinta pada pandangan pertama. Tapi harus kuakui, aku menyukai apa yang kulihat pada pandangan pertama.”
“Aku ingin menjadi istrimu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi menjadi suami?”
“Sewaktu kanak-kanak aku percaya pada cinta, sama seperti aku percaya pada peri. Namun pada suatu hari aku mencari di celah-celah kayu dan di balik tudung-tudung jamur. Dan aku tidak menemukan peri atau makhluk-makhluk gaib, hanya lumut, jamur, tanah, dan serangga...Serangga itu bukannya berciuman, melainkan saling memangsa”
“Kau mungkin tidak percaya pada kehidupan, tapi aku tidak percaya pada kematian.”
“Berjuta kali aku merindukannya, berjuta kali aku ingin menghubunginya, berjuta kali aku ingin memeluknya, dan berjuta kali aku ingin mengatakan cinta padanya. Tapi setiap kali pikiran itu datang padaku, aku selalu meyakinkan diri sendiri, bahwa aku tidak berhak menganggunya, karena aku memang tidak memilihnya. Aku tidak pernah mengejarnya, tidak pernah mencarinya. Hanya membiarkan diriku semakin keropos karena menginginkannya.”