“Jika sebuah pernikahan hanya menjelma menjadi neraka, lalu untuk apa sebenarnya mempertautkan cinta dalam sebuah ikatan seperti itu? Di hadapan Tuhan pula.”
“Begini ternyata rasanya berada dalam sebuah ikatan pernikahan. Terasa lebih sakral, suci, dan agung.Garwa. Sigaraning nyawa. Belahan jiwa. Belahan jiwa yang tak hanya disatukan oleh cinta, namun juga disatukan dengan janji suci atas nama Tuhan.”
“jika anda memiliki kesempatan mendapatkan cinta pertama di sebuah toko kelontong, meskipun toko itu bobrok dan bau tengik, maka rebutlah cepat-cepat kesempatan itu, karena cinta semacam itu bisa menjadi demikian indah tak terperikan! ”
“Namun, ternyata, jika seseorang hanya memikirkan seseorang, bertahun-tahun, dan dari waktu ke waktu mengenai isi hatinya sendiri dengan cinta hanya untuk orang itu saja, maka saat orang itu pergi, kehilangan menjelma menjadi sakit yang tak tertangguhkan, menggeletar sepanjang waktu. (hlm. 238)”
“Cinta sering seperti hanya sebuah mimpi, mudah dilupakan bila tak lagi bertemu muka”
“tak setiap kenangan pertama layak terlontar, apalagi di depan seseorang yang telah resmi disatukan dalam pernikahan. Seharusnya kenangan itu tetap menjadi rahasia diri, dipendam dalam relung benak terdalam, ditutup dengan kunci berlapis, dan hanya dibuka jika sedang sendiri.”