“Aku sudah mencintainya sejak aku melihatnya... bodohnya aku tak menyadari hal itu sampai ia pergi....”
“Mungkin ini keterlalun, apa yang sudah lalu masih aku lalui. aku cinta masa laluku. ia sudah berlalu mencintaiku, aku masih terlalu mencintainya. selalu.”
“Dan dengan bodohnya, aku sudah menghabiskan bertahun-tahun, membuang waktu untuk mencintai dan mengenangnya. Waktu mungkin bisa mengaburkan ingatan, tapi tidak rasa. Aku mencintainya, sebesar aku ingin melupakannya, dan sebanyak penyesalan yang datang.”
“Orang yang mati disebut pergi. Sedang aku belum pergi. Aku masih di sini. Tapi sungguh, aku sudah mati.”
“Aku tidak boleh marah terhadap Ayah dan Ibu. Jika aku tak mengikuti nasihatnya, akan berada di mana aku hari ini? Aku tak akan tubuh dewasa dan mengerti tentang hal-hal baik dalam hidup. Jika ibu tidak membimbingku lewat kecaman-kecamannya, aku takkan tahu satu fen atau satu yuan itu apa, serta dari mana uang itu diperoleh”
“Cinta tak dapat dipaksa. Dan aku senang jika orang yang aku cintai juga merasa senang. Aku tak dapat hidup bersamanya. Ia akan tersiksa dan aku tak ingin dia begitu.”