“Cobalah engkau beranjak dari kursi, pergilah ke cermin. Sejenak saja. Tataplah wajahmu, badanmu, pakaianmu, dan seluruh penampilanmu. Setidaknya engkau bisa menyadari satu hal saja: Bahwa potongan rambutmu yang seperti itu , jenis dan warna baju dan celanamu, juga seluruh benda yang menempel di badanmu-semuanya-adalah sesuatu yang engkau pilih sesuai dengan kesenanganmu.”
“Kejahatan adalah nafsu yang terdidik. Kepandaian, seringkali, adalah kelicikan yang menyamar. Adapun kebodohan, acapkali, adalah kebaikan yang bernasib buruk. Kelalaian adalah itikad baik yang terlalu polos. Dan kelemahan adalah kemuliaan hati yang berlebihan.”
“Generasi kempong tidak punya waktu dan tidak memiliki tradisi untuk tahu beda antara kalimat sindiran dengan bukan sindiran. Tak tahu apa itu ironi, sarkasme, sanepan, istidraj ... Generasi kempong sangat rentan terhadap apa saja, termasuk informasi ... Tidak ada etos kerja. Tidak ada ideologi dharma, atau falya’mal ‘amalan shalihan ... Yang dipunyai hanya obsesi hasil, khayal kepemilikan dan kenikmatan.”
“Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau. "Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya. Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku ide saja, membatalkan adanya diri sendiri, mengakui, bahwa sebetulnya dia sendiri tak ada.(bab 2 filsafat - page 35)”
“Apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga ia berlaku seperti samudera yang menampung sampah-sampah. Apa gunanya kepandaian kalau tidak memperbesar kepribadian seseorang sehingga ia makin sanggup memahami orang lain?”
“Hanya sunyi, yang sanggup mengajarkan kita, untuk tak mendua. ”
“Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta;Engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya.Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh.Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu.Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu.Engkau mulai tersenyum dan menangis tanpa mau disebut gila.Berhati-hatilah….Kelak, hidup adalah ketika engkau menjalani hari-hari dengan optimisme. Melakukan hal-hal hebat. Menikmati kebersamaan dengan orang-orang baru. Tergelak dan gembira, membuat semua orang berpikir hidupmu telah sempurna.Sementara, pada jeda yang engkau buat bisu, sewaktu langit meriah oleh benda-benda yang berpijar, ketika sebuah lagu menyeretmu ke masa lalu, wajahnya memenuhi setiap sudutmu. Bahkan, langit membentuk auranya. Udara bergerak mendesaukan suaranya. Bulan melengkungkan senyumnya.Bersiaplah… Engkau akan mulai merengek kepada Tuhan.Meminta sesuatu yang mungkin itu telah haram bagimu.”