“Demikian pula halnya, hanya ketidakbahagiaan yang memiliki makna. Itulah sebabnya mengapa kita merasa terpaksa membicarakannya dan punya banyak kata untuk melukiskannya. Kebahagiaan tidak membutuhkan kata-kata.”
“Mengapa kesatu harus disebut pertama? Tapi, tidak ada kata lain untuk kedua, ketiga dan seterusnya. Mengapa kata "satu" harus dibedakan?Kata berdua, bertiga, berempat adalah untuk menyatakan jumlah orang sesuai dengan akar kata yang terlibat.....Tapi bersatu memberi arti lain-bersatu justru menunjukkan tidak ada satu orang yang terlibat. Kalimat "kita bersatu di sana" justru maksudnya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang yang bersama. Satu yang banyak.”
“Allah tidak pernah salah membuat kejadian-kejadian di dunia. Kita mungkin sering merasa tidak pantas sakit. Kita tidak seharusnya terjerembab. Kita lalu bertanya. Kenapa mesti kita? Padahal ada hikmah yang ingin disampaikan Allah. Ada makna. Hanya saja, akal manusia terbatas sekali untuk menangkap arti kejadian itu. Hanya jiwa yang bijak dan ikhlas saja yang mampu mengerti kata-kata Allah.”
“Menulis fiksi adalah menuangkan perasaan dan semangat hidup dalam untaian kata-kata di atas kertas-sebuah usaha tanpa akhir untuk mendapatkan makna-makna yang berbeda”
“Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak merubah apa-apa. Lagipula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.”
“Puisi itu pada dasarnya akrobatik kata-kata, tapi harus disiasati agar punya lapis makna”