“Kegiatan fisik dalam menulis fiksi bertolak belakang dengan hasil yang didapat. Kegiatan tersebut adalah duduk tegang dan jenuh sepanjang siang atau malam di depan meja dan mesin ketik, pada saat aku ingin berdiri dan pergi ke suatu tempat untuk melihat sesuatu yang aku yakini lebih menarik dibanding apa yang sedang aku kerjakan.”
“Menulis fiksi adalah usaha untuk menciptakan tokoh-tokoh rekaan dan kejadian-kejadian penuh makna dalam batas-batas sempit dunia kecil yang aku kenal.”
“Menulis cerita pendek dan novel bukanlah sesuatu hal yang dapat aku lakukan dengan mudah dan menyenangkan.”
“Menulis fiksi adalah menuangkan perasaan dan semangat hidup dalam untaian kata-kata di atas kertas-sebuah usaha tanpa akhir untuk mendapatkan makna-makna yang berbeda”
“Aku ingin menulis ini untuk Ibuk, Bapak, dan perjuangan mereka yang kokoh. Tangan kuat mereka telah membawa anak-anaknya ke tempat yang lebih indah.”
“Cinta bukanlah suatu persamaan. Cinta bukan suatu kontrak, dan bukan suatu akhir yang bahagia. Cinta adalah papan tulis di bawah kapur tulis, tanah dari mana gedung-gedung muncul, dan oksigen dalam udara. Cinta adalah tempat aku kembali, ke mana pun aku pergi.”
“Sewaktu tertidur, aku bermimpi bahwa aku tuhan. Lalu aku menjadi lupa, apa aku tuhan yang sedang tertidur dan bermimpi menjadi manusia, atau manusia yang sedang tidur dan bermimpi jadi tuhan.”