“Bicaralah tentang diriku sebagaimana diriku / tak ada yang diperlunak ataupun dengan rasa dengki diinjak-injak.”
“Ada batas yang sangat tipis antara aku dan keakuanku. Saat aku berhasil merobohkan keakuan dalam diriku aku dapat melihat diriku yang sesungguhnya.”
“Aku benci pada diriku karena tidak bisa melupakan A Ling. Tapi aku juga benci pada diriku sendiri karena membenci diriku sendiri yang tak bisa melupakan A Ling.”
“Tak ada live happily everafter, yang ada adalah bagaimana kita melewati tahun demi tahun dengan rasa syukur.”
“Modernisasi pada akhirnya memang suatu permainan kekuatan. Ada yang tergusur, ada yang menggusur. Ada yang menang, ada yang telantar lemah. Tapi jangan salah kira: di zaman seperti ini, yang lemah tak akan tinggal jadi gurun: “yang lemah berbahaya bagi yang kuat, sebagaimana pasir hanyut berbahaya bagi si gajah,“ kata Tagore tentang dunia modern.”
“Tuhanku Yang Maha Penyayang,...Aku selalu merasa kurang,tak pandai, paling tak beruntung,dan terkadang batinku bertanyamengapa Engkau tak adil kepadaku.Aku sadar bahwa menyalahkan-Muitu salah, dan karenanya Tuhankumaafkanlah aku.Tuhan,rahmatilah aku dengan kemandirianyang cukup untuk diriku sendiri,dan agar yang kulebihkanadalah untuk kebahagiaan sesama.Aamiin”