“Saya harap saya bisa melatih keberanian bicara dengan melatih keberanian bertanya: benarkah pikiran dan dugaan-dugaan saya sendiri?”
“Tuhan, karuniailah saya ketabahan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah,Keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa saya ubah,Dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.”
“Saya harap, saya selalu memiliki cukup keteguhan dan cukup kebajikan untuk memelihara gelar yang saya anggap paling mengagumkan, yaitu watak sebagai orang jujur.”
“Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin bagi saya untuk bekerja pada waktu itu. Namun, saya pikir buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan risiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri? Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang dan saya bentuk sendiri pribadinya? Anak saya akan tidak mempunyai ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak? Seimbangkah orangtua kehilangan anak dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu. (Ainun Habibie, Tahun-tahun Pertama)”
“Saya mahu menjadi muslim yang baik dengan selalu bertanya.”
“Saya tidak merasa turun pamor atau naik gengsi dengan menjadi wartawan, penulis teks iklan atau presiden, atau sekadar peneliti komik atau acara televisi. Saya tidak merasa bergoyang dari sikap kepengarangan saya, selama saya masih bisa jujur, kreatif, dan terbuka.”