“Seseorang pernah mengatakan, guna puisi adalah dengan hadir tanpa guna. Ia tak bisa dijual. Ia menegaskan tak semua bisa dijual.”
“Yang indah memang bisa menghibur selama-lamanya, membubuhkan luka selama-lamanya, meskipun puisi dan benda seni bisa lenyap. Ia seakan-akan roh yang hadir dan pergi ketika kata dilupakan dan benda jadi aus.Tapi apa arti roh tanpa tubuh yang buncah dan terbelah? Keindahan tak bisa jadi total. Ketika ia merangkum total, ia abstrak, dan manusia dan dunia tak akan saling menyapa lagi.”
“Negara adalah person-person yang bisa ia ketuk pintunya dirumah.”
“Seseorang yang menafikan dunia seharusnya seorang yang membiarkan dunia dalam cacatnya. Bumi, "dunia ini", telah diabaikan. Maka ganjil bila orang itu pada saat yang sama juga ingin meluluhlantahkan apa yang buruk sekarang, seakan yakin bahwa dunia layak diperbaiki. Ganjil pula bila ia percaya kepada Tuhan yang mengatakan bahwa membunuh seseorang sama artinya dengan membinasakan seluruh umat manusia, sebab Tuhan itu adalah Tuhan yang tak menyesali apa yang ia ciptakan sendiri.”
“Kegelapan itu tak ada hubungannya dengan misteri, melainkan dengan satu warna dan satu corak di jalan buntu: bahwa manusia seutuhnya adalah makhluk yang satu dimensi: hanya bisa menaklukan dan ditaklukan.”
“Seorang pemikir pernah mengatakan satu kalimat pintar tentang revolusi, yang agaknya berlaku bagi segala aksi manusia besar-besaran dalam membentuk masa depannya: “Sifat yang ganjil pada revolusi ialah bahwa ia harus yakin akan dirinya sebagai sesuatu yang mutlak, dan ia justru menjadi tak mutlak karena keyakinannya itu".”
“Apa guna warna langit dan bunyi jengkerik? Apa guna sajak dan siul? Yang buruk dari kapitalisme adalah menyingkirkan hal-hal yang percuma.”