“Dengan petualangan kecil itu dia jadi bisa belajar banyak tentang hakikat hidup.”
“Bila seorang anak hidup dengan kritik,ia akan belajar menghukum.Bila seorang anak hidup dengan permusuhan, ia akan belajar kekerasan. Bila seorang anak hidup dengan olokan,ia belajar menjadi malu. Bila seorang anak hidup dengan rasa malu, ia belajar merasa bersalah. Bila seorang anak hidup dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Bila seorang anak hidup dengan keadilan,ia belajar menjalankan keadilan. Bila seorang anak hidup dengan ketentraman, ia belajar tentang iman. Bila seorang anak hidup dengan dukungan,ia belajar menyukai dirinya sendiri. Bila seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan , ia belajar untuk mencintai dunia.”
“Ibu, usiaku dua puluh dua, selama ini tidak ada yang mengajariku tentang perasaan-perasaan, tentang salah paham, tentang kecemasan, tentang bercakap dengan seorang yang diam-diam kau kagumi. Tapi soer ini, meski dengan menyisakan banyak pertanyaan, aku tahu, ada momen penting dalam hidup kita ketika kau benar-benar merasa ada sesuatu yang terjadi di hati. Sesuatu yang tidak pernah bisa dijelaskan. Sayangnya, sore itu juga menjadi sore perpisahanku, persis ketika perasaan itu mulai muncul kecambahnya.”
“kita hidup bagaikan pohon, tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. tapi membutuhkan banyak unsur. sama sepeti manusia, yang tidak bisa hidup sendiri.”
“Mengapa pengemis direndahkan? Aku yakin alasannya sangat sederhana, yaitu karena mereka gagal hidup layak. Dalam prakteknya, orang tidak peduli apakah suatu pekerjaan itu berguna atau tidak, produktif atau bersifat parasit; satu-satunya hal yang penting adalah bahwa pekerjaan itu harus menguntungkan. Dalam semua perbincangan modern tentang efisiensi, pelayanan sosial dan lain-lain, adakah makna lain selain 'Dapatkan uang, bikin jadi legal, dan dapatkan banyak-banyak'? Uang sudah menjadi alat ukur utama moralitas. Dengan ukuran ini pengemis gagal, dan karenanya mereka direndahkan. Kalau orang bisa berpendapatan sepuluh pound seminggu sebagai pengemis, profesi ini akan segera menduduki posisi terhormat. Seorang pengemis, dilihat secara realistis, adalah sekedar seorang pengusaha yang mencoba bertahan hidup, seperti halnya pengusaha lain, dengan cara menggunakan tangannya. Dia tidak pernah menjual kehormatannya, lebih dari kebanyakan orang modern; dia hanya berbuat kesalahan dengan memilih usaha yang tidak memberinya kemungkinan untuk jadi kaya (hal. 268)”
“Semakin banyak manusia belajar, semakin banyak dia menyadari ketidaktahuannya.”