“Manusia tidak hidup sendirian di dunia ini, tapi di jalan setapaknya masing-masing. Tiap manusia berjalan sendirian; berjalan, berlari, dan sesekali berhenti. Semua jalan setapak itu berbeda-beda namun menuju ke arah yang sama, mencari suatu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama. Hingga semakin dekat ke tujuan, manusia semakin menyadari bahwa disepanjang jalan setapak yang sudah dilewati, ia tak kan pernah benar-benar sendiri. Manusia selalu bersama apa yang ia cari, bersama tujuannya; yaitu Tuhan.”

Hanung

Explore This Quote Further

Quote by Hanung: “Manusia tidak hidup sendirian di dunia ini, tapi… - Image 1

Similar quotes

“Tak pernah disangkanya bahwa mencari kerja itu sama susahnya dengan mencari jodoh. Sama-sama memiliki persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan yang terkadang membuatnya berpikir, apakah dirinya tidak masuk dalam kategori manusia-manusia yang dicari oleh perusahaan itu sehingga harus terdampar di sini?”


“Seseorang yang menafikan dunia seharusnya seorang yang membiarkan dunia dalam cacatnya. Bumi, "dunia ini", telah diabaikan. Maka ganjil bila orang itu pada saat yang sama juga ingin meluluhlantahkan apa yang buruk sekarang, seakan yakin bahwa dunia layak diperbaiki. Ganjil pula bila ia percaya kepada Tuhan yang mengatakan bahwa membunuh seseorang sama artinya dengan membinasakan seluruh umat manusia, sebab Tuhan itu adalah Tuhan yang tak menyesali apa yang ia ciptakan sendiri.”


“Saat mereka sudah sama-sama mengucapkan kata perpisahan, harusnya mereka bisa benar-benar berpisah dengan baik. Tidak ada penyesalan. Hidup semua orang akan kembali berjalan seperti seharusnya. Namun, harusnya ia tahu, hidup kadang tak berjalan sesuai yang mereka inginkan.”


“Saya sudah tahu -- semenjak semula -- bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada ujungnya. Perjuangan ini, meskipun kita sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan, maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan.”


“Kita manusia ini semua melihat satu bulan saja, tetapi banyak jalan yang dapat kita tempuh untuk sampai ke puncak yang terdekat dengannya. Kadang-kadang kalau kita tersesat, kita memutuskan untuk mencoba jalan orang lain, tapi tujuan akhirnya menemukan penyempurnaan hidup.”


“Sering aku disiksa oleh pertanyaan: mengapa A Ling bisa begitu? Apa salahku sehingga ia begitu? Apa yang ada di kepala seorang perempuan? Apakah pertimbangan yang bijak? Kecemasan? Atau sekadar dengungan? Sungguh aku tak mengerti. NAmun, perlukah aku mengerti? Kurasa tidak. Yang kuperlukan hanyalah menghormati keputusannya, dan karena Tuhan telah menciptakan manusia dengan hati dan pikiran yang boleh punya jalan masing-masing, penghormatan seharusnya tidak memerlukan pengertian. (hlm. 237)”