“Bagiku, hatimu adalah rumahku, dan aku rela untuk tinggal seumur hidupku di sana”
“Aku tidak ingin cinta yang sejati. Tapi biarkan aku mencicipi cinta yang bukan sesaat. Biarkan aku berjuang dan bertahan di sana. Biarkan aku tersiksa untuk terus belajar bersetia. Aku rela tenggelam di sana, sebagaimana segelintir orang yang beruntung mendapatkannya.”
“Aku pun menyadari ada hidupku yang bias.... Namun, hujan dan kamu adalah cinta!”
“Saat rintik-rintik itu datang, aku tahu...akan ada hujan yang hadir di antara bening kristalyang menetes perlahan di matanya...Belumkah cukupkah gumpalan awan mendung tinggal di dalam rumah hatiku?Lalu, dari mana sang matahari akan bangundari lelap tidurnya?Andai aku bisa mengejar kunang-kunangsang pemburu waktu...akan kukunci sisa-sisa hidupku bersama nyanyian hujan.Bahagiaku terbawa angin bersamakumpulan debu menyedihkan.Hancur... tak tersisa sedikitpun tawayang mengembang di bibir.Sebab tawa itu telah meramu emosi menjadi desakan luka."Aku pun menyadari ada hidupku yang bias....Namun, hujan dan kamu adalah cinta!"#NyanyianHujan - @sintiaastarina(less)”
“Selamat untuk Bapak. Aku yakin, dia sedang merayakan kemenangan atas kehidupan. Di sana...”
“Waktu terbaik untuk berbahagia adalah sekarang. Tempat terbaik untuk berbahagia adalah di sini. Dan cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain.”