“Nah, temani aku ya? Temani aku, meskipun aku tinggal tulang dan kulit saja," bisik Bapak.”
“Pak, aku mau sekolah sing pinter saja. Aku mau jadi orang pinter!" balas Bayek.”
“Malu kalau aku tak bisa bekerja keras seperti Bapak. Malu kalau aku tidak bisa membahagiakan beliau kelak, janji Bayek untuk Bapaknya.”
“Agar hidupmu tidak sengsara sepertiku, Nak. Aku tidak lulus SD. Tidak bisa apa-apa. Hanya bisa memasak saja. Jangan sepertiku ya, Nak. Cukup aku saja yang tidak sekolah. Itu yang selalu Ibuk katakan di hadapan anak-anaknya.”
“Selamat untuk Bapak. Aku yakin, dia sedang merayakan kemenangan atas kehidupan. Di sana...”
“Sepuluh tahun aku berkelana menjelajahi hidup di negeri seberang. Jauh di seberang. Aku meninggalkan hatiku di kota kecil ini demi cinta. Dan dari seberang sana juga aku menemukan cinta. Aku menemukan diriku.”
“Aku ingin menulis ini untuk Ibuk, Bapak, dan perjuangan mereka yang kokoh. Tangan kuat mereka telah membawa anak-anaknya ke tempat yang lebih indah.”