“Nah, temani aku ya? Temani aku, meskipun aku tinggal tulang dan kulit saja," bisik Bapak.”
“Aku bukan Wahib. Aku adalah me-wahib. Aku mencari, dan terus menerus mencari, menuju dan menjadi Wahib. Ya, aku bukan aku. Aku adalah meng-aku, yang terus menerus berproses menjadi aku.”
“Meskipun terbiasa tidak diacuhkan, ketika guru diam saja, kemana aku bisa berlindung?”
“Sekarang... Saat ini saja... Untuk beberapa detik saja... aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul serta latar belakangku. Tanpa beban, tuntutan, atau harapan, aku ingin mengaku.Aku mencintainya.”
“Bagiku, hatimu adalah rumahku, dan aku rela untuk tinggal seumur hidupku di sana”
“jangan marah padaku kalau aku menangis, Hari ini saja Kau boleh lihat sendiri nanti. Kau akan lihat tak lama lagi aku akan kembali bekerja, tertawa, dan mengoceh seperti biasa, aku janji.”