“Selain dari yoga, Ibuk juga mengalirkan wisdom tentang kehidupan kepada Bayek dan anak-anaknya. Lewat cinta Ibuk yang terus mengalir tanpa jeda. Lewat pelayanan Ibuk yang tulus untuk orang-orang yang dicintainya.”
“Ibuk dan Bapak tak pernah menentukan aturan kapan dan berapa lama anak-anak harus belajar. Isa dan adik-adiknya telah membuka hati mereka sendiri. Membuka buku mereka sendiri. Ibuk dan Bapak telah bekerja sepenuh hati untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka. Mungkin, anak-anak ini melihat kesungguhan hati orangtua mereka yang telah berjuang tak kenal lelah untuk lima anaknya. Mungkin, anak-anak ini telah merasakan keringat bapaknya menetes di kulit mereka. Mungkin, cinta Ibuk telah memasuki darah mereka, lewat bubur beras merah dan sinar matanya yang syahdu. Mungkin, anak-anak ini tersentuh oleh hidup Bapak dan Ibuk yang sederhana dan penuh keprihatinan. Isa dan adik-adiknya ingin berjuang seperti mereka. Ingin memberikan cinta yang penuh kepada orangtuanya.”
“Aku ingin menulis ini untuk Ibuk, Bapak, dan perjuangan mereka yang kokoh. Tangan kuat mereka telah membawa anak-anaknya ke tempat yang lebih indah.”
“Biar anak-anak Ibuk seperti anak-anak yang lain, janji Ibuk.”
“Kadang perpisahan bisa membuat mata kita menjadi segar lewat air mata, hati menjadi peka lewat gelombang besar yang menerpa, dan menumbuhkan cinta yang lebih besar lewat orang-orang yang menyentuh hidup kita. Hidup semakin luas.”
“Setiap kali melihat anak yang sakit, hati Ibuk seperti jatuh," kata Ibuk.”
“Akan kulanjutkan kembali tulisan tentang Ibuk. Tentang kekokohan keluarga Bapak. Orang-orang yang melihat kemiskinan bukan sebagai penderitaan tapi titik awal sebuah perjuangan.”