“Jika kerut merut mesti tertera di dahi kita,biarlah mereka tidak tertera di hati kita.Jiwa kita jangan pernah menjadi tua.”
“Kenangan itu, betapapun pahitnya, selalu bisa dikenang dan ditempatkan kembali di hati kita. Dan, biarlah memori beristirahat disana. Biarlah kita kunjungi suatu saat.”
“Masalahnya, kita tidak pernah dalam posisi mereka, kan? Tidak pernah dalam posisi orang-orang yang dicemburui. Percaya nggak, terkadang mending kita dalam posisi yang mencemburui dibanding sebaliknya. Kita aja yang nggak pernah tahu. Anyway, dengan nggak tahu, nggak mesti kita merasa kehidupan mereka lebih oke, kan?”
“Supaya bibir kita jangan terpeleset, Lima hal mesti kita perhatikan baik-baik:Kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita bicarakan, bagaimana, kapan dan di mana kita berbicara.”
“Jika hati kita tulus berada di dekat orang berilmu, kita akan disinari pancaran pencerahan, karena sesungguhnya kepintaran sangat mudah menjalar.”
“Menyikapi tragedi hidup ini memang tidak selalu butuh romantisme, tapi juga perlu ketegasan dan keteguhan meski awalnya penuh isak tangis dan luka yang merintih. Dan di sanalah terselip pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik. Karena itu, berterima kasihlah dengan masalah yang pernah menghampiri dalam kehidupan kita dan jangan pernah menyesali apa yang telah kita lewati.”