“Yang terbaik adalah menjadi setengah bijak, tidak terlalu bodoh dan terlalu pandai. Orang pandai yang pengetahuannya dalam jarang merasakan kebahagiaan di hatinya.”
Analysis of Quote by Jesse Byock
In this quote, Jesse Byock suggests that it is best to be moderately wise, not too foolish and not too clever. He points out that people who are overly intelligent often struggle to find happiness within themselves. This quote emphasizes the importance of finding a balance in our intellectual pursuits and not getting too consumed by knowledge. It serves as a reminder that wisdom and intelligence should be used in moderation for a more fulfilling life.
The Balance of Wisdom
The quote by Jesse Byock emphasizes the importance of finding a balance in our pursuit of knowledge and wisdom. In today's fast-paced and information-saturated world, it is easy to get caught up in the desire to always be the smartest or most informed person in the room. However, Byock reminds us that true happiness may lie in finding a middle ground - being wise enough to make informed decisions, but not becoming overly consumed by the quest for knowledge. This timeless advice serves as a reminder to prioritize inner fulfillment over external validation.
Wise Words by Jesse Byock
Here is an insightful quote by Jesse Byock:
“Yang terbaik adalah menjadi setengah bijak, tidak terlalu bodoh dan terlalu pandai. Orang pandai yang pengetahuannya dalam jarang merasakan kebahagiaan di hatinya.”
Reflection Questions
In Jesse Byock's quote, he suggests that being too intelligent may hinder one's ability to experience true happiness. Reflect on the following questions:
- Do you believe there is a balance between wisdom and intelligence? How can one achieve this balance in their own life?
- How does the pursuit of knowledge impact your own happiness and fulfillment? Are there times when ignorance truly is bliss?
- Have you ever encountered someone who is extremely intelligent but lacks emotional intelligence or happiness? What do you think contributes to this disconnect?
Take some time to ponder these questions and consider how you can apply Byock's wisdom to your own life.
Similar quotes
“Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang lain pandai”
“Hanya karena seseorang pandai berargumen, tidak berarti orang itu orang baik. Sama halnya seseorang yang dikalahkan dalam argumen adalah orang jahat.”
“Tegar dan pandai menyembunyikan perasaan adalah ciri-ciri orang yang sangat rapuh.”
“Ada begitu banyak kemalangan, namun dari semua itu kebodohanlah yang tinggal menetap. Orang-orang bodoh melihat, mendengar dan merasakan seperti orang-orang lain, akan tetapi mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman atas diri sendiri dan keadaan di sekelilingnya.Berusaha memahami si bodoh adalah suatu tindakan yang sia-sia, pada akhirnya tanggapan mereka hanya akan membangkitkan amarah dan kejengkelan.Kebodohan serupa botol yang memiliki lubang di dasarnya, Seberapa pun banyaknya kebaikan dan pengetahuan yang kita tuang ke dalamnya ia akan berlalu dengan sia-sia.Mereka yang termasuk ke dalam golongan orang-orang bebal adalah mereka yang menukar sahabatnya dengan uang, dan menggantikan saudaranya dengan kilau emas dan permata.Hati orang bodoh ada dalam lidahnya dan dengan hal itu ia menggembar-gemborkan kelebihannya yang tak lain adalah sebuah omong-kosong. Sebaliknya, lidah orang bijak ada adalam hatinya dan ia memeliharanya dengan sangat hati-hati agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak perlu.Dan bahkan, hidup orang bebal jauh lebih buruk dari kematian. Orang-orang bebal dan dungu hanya akan menjadi beban bagi kehidupan, karena seumur hidup mereka tak pernah mau belajar.Kebodohan adalah batu pejal yang dibuang orang ke dalam sungai karena menghalangi orang yang akan lewat.Kebodohan punya banyak nama dan mereka menunjukkan wajahnya dalam berbagai wujud. Aku dapat menyebutkan sejumlah di antaranya, yaitu: egoisme dan keras-kepala, bebal dan degil, sikap anarkhi yang membabi buta, sikap acuh-tak acuh dan ketidak-pedulian, pembenaran diri sendiri, tak mau mendengar nasehat, dan kecerobahan yang tak terobati.”
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”