“Seol : "Kenapa Nona tidak mengantarkannya keluar? Kenapa Nona hanya duduk di sini? Kenapa?(Wol tersneyum menjawab tanpa ekspresi)Wol : "Setiap kali ujung pakaiannya menyapu gerimis yang membawanya kesini, dan setiap kali gerimis yang beristirahat di atas rumput, beristirahat di atas tanah, dan beristirahat bersama embusan angin membasahi setiap bagian pakaiannya, maka itu berarti aku sedang mengiringinya sampai ke istana...”
“Secangkir kopi yang dengan tenang menunggu kau minum itu tidak pernah mengusut kenapa kau bisa membedakan aromanya dari asap yang setiap hari kau hirup ketika berangkat dan pulang kerja di kota yang semakin tidak bisa mengerti kenapa mesti ada secangkir kopi yang tersedia di atas meja setiap pagi”
“Kamu tahu betapa dalam rasa hormatku pada rasa cintaku ini? Bahkan aku bisa cemburu jika kamu memberi perhatian pada bunga-bunga. Aku juga cemburu pada angin yang membelai wajahmu. Aku juga cemburu pada tanah yang kamu pijak.”
“Aku terus belajar mengenai sastra. Semakin banyak aku membaca buku, semakin banyak arti lain langit yang terlihat, dan semakin banyak pula arti bumi yang terlihat.”
“Teater menciptakan getaran-getaran pada setiap segmen peristiwa di atas pentas, getaran itu di serap penonton dan di simpan dalam dirinya. Getaran itu seperti sinyal atau kode yang disalurkan oleh setiap pementasan-pementasan teater. penonton di paksa memelihara getaran itu sampai dia merasakan kehilangan dan mengambilnya kembali pada setiap pementasan.”
“Ibu bapak tani—ibu bapak tanah air—akan meratapi putera-puterinya yang terkubur dalam udara terbuka di atas rumput hijau, di bawah naungan langit biru di mana awan putih berarak dan angin bersuling di rumpun bambu. Kemudian tinggallah tulang belulang putih yang bercerita pada musafir lalu, “ Di sini pernah terjadi pertempuran. Dan aku mati di sini.”
“Persahabatan itu bukan untuk menyelamatkan diri sendiri, melainkan rela mengangkat pedang untuk sahabat yang sangat dekat." - Lady Park to Kim Jae Woon, The Moon That Embraces The Sun”