“Di mana ada kehidupan, di situ pasti ada kematian. Mati itu mudah ; hiduplah yang sulit. Semakin berat kehidupan yang dihadapi, semakin kuat keinginan untuk bertahan. Dan semakin besar ketakutan untuk mati, semakin besar pula perjuangan untuk terus hidup.”
“Tulisan membuatku semakin berani. Dan bukankah hidup ini terasa bermakna ketika ada keberanian untuk melalui badai kehidupan. Keberanian untuk menembus batas ketakutan. Keberanian untuk melalui malam yang panjang. Keberanian untuk bertanya, untuk apa kita di sini?Untuk apa?”
“Kamu tahu apa yang sulit, Ran? Hidup. Untuk mempertahankan hidup adalah sebuah perjuangan yang besar, sedangkan kematian, adalah hal yang paling mudah yang bisa dilakukan oleh manusia. Langkah tanpa otak. Kalau bisa, buktikan kalau kamu mampu bangkit dan bertahan.”
“Kakek apakah cinta sesejuk air sungai ini?""Ya. Cinta sejati memang seperti air sungai, sejuk menyenangkan, dan terus mengalir. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti. Semakin lama semakin besar karena semakin lama semakin banyak anak sungai yang bertemu. Begitu juga cinta, semakin lama mengalir semakin besar batang perasaannya.""Kalau begitu ujung sungai ini pasti ujung cinta itu?""Cinta sejati adalah perjalanan, Sayang. Cinta sejati tak pernah memiliki tujuan.”
“Aku terus belajar mengenai sastra. Semakin banyak aku membaca buku, semakin banyak arti lain langit yang terlihat, dan semakin banyak pula arti bumi yang terlihat.”
“Ini jelas puisi kehidupan. Menyedihkan. Di bumi kita ini, yang kaya memang semakin kenyang dan yang miskin makin tenggelam.”