“Aku mungkin hanya musafir iseng tak punya tujuan? Apa yang kucari? Aku terpenjara oleh kantor, oleh keluarga, oleh orangtua dan mertua, oleh istri dan anak-anak. Tapi siapa bilang aku tak terpenjara oleh nafsuku sendiri, dan kecenderungan-kecenderungan sok mengejar apa yang abadi, tapi tak sadar telah kandas diatas segala yang fana?”
“Dan Sejarah pun seakan akan menggunjal nafas, capek dan gaek, dihadapan kini. Kini itu tak kunjung berhenti. Yang terpeluk oleh Sejarah hanya segala yang telah lewat, reruntuhan.”
“Kita tahu, dalam hidup, biarpun ringkas selalu ada sesuatu yang mesti dilepas—mungkin tak ke arah yang lebih baik, mungkin ke bentuk yang lebih buruk. Dan apa yang “lebih baik” dan “lebih buruk” bagi suatu zaman tak pernah ditentukan oleh setiap orang .”
“Wajar bagi anak burung dan binatang lain diberi makan oleh ibu mereka, tapi raja dan ratu tampaknya tak pernah dewasa, mereka menuntut diberi makan oleh yang lain seumur hidup. Kemandirian adalah sesuatu yang tak pernah mereka lakukan atau pelajari”
“Dituntun oleh masa laluku, didorong oleh keberadaanku, aku terbang mencari sesuatu yang tak kuketahui. Antusiasme, rasa ingin tahu, dan harapan menemaniku.”
“Tiap orang harus berani mengembara, mematangkan diri, memetik tiap pengalaman menjadi guru, yang akan memberi makna hidup lebih dalam, dan boleh pulang kelak, bila ia sudah cukup paham akan apa arti hidup. Dan itu semua hanya akan diperoleh di tempat yang jauh dari kampung halaman, yang tak pernah punya janji masa depan.”
“Hati yang sudah terikat oleh beban tak bisa menghasilkan apa-apa selain kegelisahan dan ketakpuasan.”