“Hidup bukan kita yang punya. Kita, mungkin, hanya pengelola yang merdeka, yang bebas menggelinding ke mana kita suka, selama tak bertentangan dengan irama gerak cakramanggilingan, roda nasib, yang berputar di luar kendali manusia.”
“manusia mungkin tidak punya kapasitas untuk mengampuni (barangkali hanya Tuhan yang bisa mengampuni), maka yang bisa kita lakukan adalah berdamai. Berdamai dengan sisi gelap yang tak bisa kita kuasai”
“Atau, apakah didunia ini sebetulnya seperti didalam amplop ya Sukab, dimana kita tidak tahu apa yang berada di luar diri kita, dimana kita merasa hidup penuh dengan makna padahal yang menonton kita tertawa-tawa sambil berkata, “Ah, kasihan betul manusia.” Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu.”
“Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama dengan apa yang kita pikirin. Ujung-ujungnya kita juga tahu kok, mana yang diri kita sebenernya, mana yang bukan diri kita. Dan kita juga tahu apa yang pengen kita jalani.Keenan.”
“Ikhlas tu bukan kita yang ukur, tu biar Allah yang tentukan. Jangan sampai kita tinggalkan amalan ibadat sebab tak nak riak dengan manusia, kerana tu la tanda kita riak dengan Allah sebenarnya.”
“Tidak mungkin kita hidup bahagia kalau kita hidup dengan sembrono,tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang layak dan tidak berlaku adil.Orang yang tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, tidak bisa hidup dengan senang.”