“Untuk bisa bicara Bahasa Inggris juga sama sekali tidak berhubungan dengan kepintaran seseorang. Semua orang bisa belajar berbicara, itulah faktanya. Setiap orang bisa berbicara minimal satu bahasa, tanpa melihat pendidikan atau kepintaran.”
“Tolong! Berhentilah bersikap baik sama semua orang. Beberapa orang bisa salah arti sama kebaikanmu itu… dan, berhenti deh, mengumbar kata ‘suka’ ke sembarang orang. Kamu bisa nyakiti hati seseorang tanpa kamu sadari.”
“Mengapa mencintai dan dicintai bisa menjadi begitu rumit saat orang-orang di sekeliling juga mulai berbicara?”
“setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada menyerah (Prahara Budaya, h. 187)”
“Jika anda mampu berkepala dingin saat sekeliling anda kehilangan akal dan menyalahkan anda,Jika anda bisa percaya diri saat orang lain meragukan anda, tetapi memperhatikan juga keraguan mereka,Jika anda bisa menunggu tanpa jemu dan tidak membalas kebohongan dengan kebohongan, atau kebencian dengan kebencian,Jika anda bisa tahan mendengar kebenaran yang anda katakan diplintir oleh orang licik untk mempengaruhi orang-orang bodoh, atau melihat jerih payah anda dihancurkan, tapi gigih bertahan membangunnya kembali dengan peralatan yang morat marit,Jika anda bisa bergaul dengan rakyat jelata tanpa menjadi kampungan, dan dengan raja-raja tanpa menjadi sombong,Jika lawan mau pun kawan tidak bisa merusakkan anda, maka anda adalah sungguh manusia sejati.”
“Gadis kecil itu benar sekali.. mengapa dunia diciptakan dengan penuh perbedaan. Yang satu dilebihkan dari yang lain... ada yang bisa melihat. Bisa mendengar, ada juga yang tidak. Ada yang cerdas, ada yang tidak. Apakah semua itu adil? Apakah takdir itu adil? Padahal bukankah semua pembeda itu hanyalah semu. Tidak hakiki. Ketika sang waktu menghabisi segalanya, bukankah semua manusia sama...”