“Guru Sejati tak pernah mengabarkan bahwa dia memiliki ilmu dia juga tak pernah berkehendak mengumpulkan murid-murid sebagai tempat berbagi kesaktian justru para murid itu yang datang dengan sukarela untuk menimba pengetahuan…”
“Ilmu itu tumpang menumpang, murid menumpang ilmu guru, guru juga turut menumpang kebijaksanaan muridnya. Itulah dia 'taawun' iaitu saling mengambil manfaat antara satu sama lain.”
“Dia yang terlalu tinggi di atas singgasana tidak pernah melihat telapak kakinya. Dia tak pernah ingat, pada tubuhnya ada bagian yang bernama telapak kaki. Pendengarannya tidak untuk menangkap suara dewa, juga tidak suara segala yang di bawah telapak kaki. Ia hanya dengarkan diri sendiri. Suara murid Bapa ini takkan sampai kepadanya. Untuknya yang paling tepat hanya dijolok.”
“Bila hidup adalah guru, aku seperti murid yang tak mampu menjawab pertanyaannya di depan kelas. Yang kuinginkan adalah menghilang, menghilang, menghilang dari tatapan murid lain yang mengejek. Lenyap dari segala pandangan mereka”
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
“rindu berulah lagi dia bercerita tentang senyummu yg waktu itu untuk ku padahal itu tak pernah terjadi, shittt!!”