“Aku ada buku, aku tak perlukan pakaian atau sepatu khusus untuk berjalan ke perbukitan.”
“Aku berjalan menyusuri rak-rak perpustakaan. Buku-buku tersebut memunggungiku. Tak seperti manusia yang ingin berjarak denganku, buku-buku itu malah menawarkan diri untuk memperkenalkan diri mereka. Bermeter-meter jajaran buku yang yang tak akan pernah mampu kubaca. Dan aku tahu; apa yang ada disini adalah kehidupan yang merupakan pelengkap kehidupanku, yang menanti untuk dimanfaatkan. Tetapi hari-hari berlalu, dan kesempatan itu tetap tak tergapai----terabaikan. Salah satu buku ini mungkin benar-benar bisa mengubah hidupku. Siapakah aku sekarang? Siapakah sebenarnya aku?”
“Aku percaya, tak pernah ada kata salah untuk cinta.”
“Tapi suatu saat nanti dia mungkin akan semiskin tikus karena membelanjakan semua uangnya untuk membeli buku. Aku takut dia juga tak akan ragu menjual jiwanya jika ada iblis yang bisa memberikan buku yang diinginkannya”
“Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharap suatu penilaian dari orang-orang di sekitar aku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat atau pintar atau berpendidikan atau beradab cuma karena udah baca sebuah karya sastra.”
“Maksudnya biar lo termotivasi untuk cepat dapat pacar. Biar ada yang nemenin lo ke toko buku—""—gue bisa sendiri!" selaku cepat."atau menemani lo ngopi-ngopi—""—itulah gunanya teman-teman cewek!""atau mendengarkan lo curhat—""—itulah gunanya Syiana.""atau dimintai pertolongan saat si pipi tembam mogok di jalan.""— itu kan gunanya lo, San." Aku mulai nyengir.”