“Soeharto dan sejumlah besar elite di dalam pemerintah tidak mau menderegulasi bebeapa sektor penting, yaitu sektor-sektor yang berhubungan dengan BUMN, karena Soeharto dan kaum elite lainnya sangat diuntungkan dengan berbagai praktik yang ada.”

Rizal Mallarangeng

Explore This Quote Further

Quote by Rizal Mallarangeng: “Soeharto dan sejumlah besar elite di dalam pemer… - Image 1

Similar quotes

“Itulah sebabnya mengapa di kalangan elite Indonesia pasca-Revolusi, yang lingkarannya sebenarnya sangat kecil, selalu ada kecenderungan untuk terus menerus mengandalkan intervensi negara. Mereka senantiasa memandang dengan penuh curiga pada proses perdagangan dan bekerjanya ekonomi pasar. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa sejarah intelektual Indonesia sampai pada awal 1960-an sangat diwarnai oleh perkawinan antara nasionalisme dan sosialisme, dalam berbagai bentuknya.”


“Cara yang lebih baik untuk menjelaskan dinamika kebijakan selama periode awal 1990-an adalah dengan memperhatikan interaksi tiga faktor penting, yaitu gagasan, kepentingan, dan politik.”


“Indonesia adalah sebuah republik yang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan, cendekiawan, wartawan, dan aktivis politik yang sangat yakin bahwa kapitalisme adalah faktor utama di balik penindasan dan kekuasaan sistem kolonial. Mereka umumnya sangat nasionalis. Tokoh-tokoh yang paling menonjol di kalangan pejuang muda kemerdekaan ini, seperti Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka, sangat dipengaruhi oleh berbagai gagasan kiri di Eropa pada tahun 1920-an dan 1930-an. Bahkan tokoh-tokoh yang paling terdidik secara profesional dalam ilmu ekonomi di antara mereka, sepert Mohammad Hatta atau Prof Sumitro Djojohadikusumo, pendiri fakultas Ekonomi UI, atau tokoh yang memiliki pengalaman praktis dalam dunia administrasi ekonomi, seperti Sjafruddin Prawiranegara, tidak terbebas dari pengaruh demikian.”


“...proteksionisme bukan merupakan mekanisme yang tepat untuk mencapai keadilan dan pemerataan, sebab proteksionisme akan selalu menghasilkan ketidakadilan dalam bentuk baru.”


“Menurut Higgins, dengan menolak kapitalisme para pemimpin republik yang muda itu hendak mengubah perekonomian kolonial menjadi perekonomian nasional yang berdasarkan pada prinsip koperasi. "Semua pihak memberi kata-kata manis bagi tujuan nasional untuk 'mengatur sistem perekonomian berdasarkan koperasi.'" Tetapi, kata Higgins lebih lanjut, "Tujuan tersebut kurang memiliki definisi yang jelas." Kendati masih abstrak dan secara konseptual tak jelas juntrungannya banyak pemimpin Republik yakin bahwa masyarakat koperasi, the co-operative society, merupakan "jalan tengah antara komunisme dan kapitalisme-monopoli yang tak terkendali.”


“Ada begitu banyak kemalangan, namun dari semua itu kebodohanlah yang tinggal menetap. Orang-orang bodoh melihat, mendengar dan merasakan seperti orang-orang lain, akan tetapi mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman atas diri sendiri dan keadaan di sekelilingnya.Berusaha memahami si bodoh adalah suatu tindakan yang sia-sia, pada akhirnya tanggapan mereka hanya akan membangkitkan amarah dan kejengkelan.Kebodohan serupa botol yang memiliki lubang di dasarnya, Seberapa pun banyaknya kebaikan dan pengetahuan yang kita tuang ke dalamnya ia akan berlalu dengan sia-sia.Mereka yang termasuk ke dalam golongan orang-orang bebal adalah mereka yang menukar sahabatnya dengan uang, dan menggantikan saudaranya dengan kilau emas dan permata.Hati orang bodoh ada dalam lidahnya dan dengan hal itu ia menggembar-gemborkan kelebihannya yang tak lain adalah sebuah omong-kosong. Sebaliknya, lidah orang bijak ada adalam hatinya dan ia memeliharanya dengan sangat hati-hati agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak perlu.Dan bahkan, hidup orang bebal jauh lebih buruk dari kematian. Orang-orang bebal dan dungu hanya akan menjadi beban bagi kehidupan, karena seumur hidup mereka tak pernah mau belajar.Kebodohan adalah batu pejal yang dibuang orang ke dalam sungai karena menghalangi orang yang akan lewat.Kebodohan punya banyak nama dan mereka menunjukkan wajahnya dalam berbagai wujud. Aku dapat menyebutkan sejumlah di antaranya, yaitu: egoisme dan keras-kepala, bebal dan degil, sikap anarkhi yang membabi buta, sikap acuh-tak acuh dan ketidak-pedulian, pembenaran diri sendiri, tak mau mendengar nasehat, dan kecerobahan yang tak terobati.”