“Keluarga Indonesia, produk sejarah pendidikan nasional dan menjadi salah satu tema utama buku-buku pelajaran sekolah, mencerminkan gambaran yangmembantu perumusan identitas Indonesia sebagai bangsa yang besar. Gagasan ini secara konstan teruji oleh reproduksi harian jaringan perluasan keluarga-semu, yang berperan penting dalam skenario nasional Orde Baru.”
“Untuk mencari asal-usul penggambaran keluarga nasional, selain membaca buku-buku pelajaran, saya juga menelusuri kembali sejarah nasional Indonesia”
“Indonesia pada masa orde baru adalah dunia koneksi yang maha besar. Orang-orang di Jakarta, misalnya, membagi masyarakat dalam dua kategori, kenalan dan orang tidak dikenal.... `Dunia koneksi ini dibangun berdasar gagasan keluarga.”
“Sebagaimana di negara-negara lain, buku teks sekolah dan buku anak-anak di Indonesia merupakan sarana yang cocok untuk mempelajari landasan ideologis suatu rezim dalam hakikatnya yang telanjang. Anak-anak tidak terlalu mengontrol apa yang dibacanya, sampai mereka mulai membeli buku-buku pilihannya sendiri dengan uang saku mereka sendiri.”
“Bangsa yang kuat tetapi tidak ditunjangi oleh budaya ilmu yang baik, akan memeluk dan menganut nilai dan ciri tamadun lain yang ditaklukinya itu. Hal ini boleh disimpulkan sebagai satu prinsip umum sejarah.”
“Pada 1 Oktober 1965 siang, pernyataan berikut disiarkan.Keputusan No. 2 tentang Penurunan dan Penaikan Pangkat.Berhubung segenap kekuasaan dalam Negara Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965 diambil alih oleh Gerakan 30 September yang Komandannya adalah perwira dengan pangkat Letnan Kolonel, maka dengan ini saya nyatakan tidak berlaku lagi pangkat dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang di atas Letnan Kolonel atau setingkat. Semua perwira yang tadinya berpangkat di atas Letnan Kolonel harus menyatakan kesetiaan secara tertulis kepada Dewan Revolusi Indonesia dan baru sesudah itu berhak memakkai tanda pangkat Letnan Kolonel. Letnan Kolonel adalah pangkat yang tertinggi dalam Angkatan Bersenjata Negara Republik Indonesia.”