“Kuku besi perlu mencakar kerana kalau tidak mencakar, dia bukan lagi kuku besi”
“Serius, Dyt? Kamu nunggu apa lagi? Kalau dia cukup peduli untuk membantu tanpa perlu kamu minta, he seems worthy enough to be chased.”
“Kuku jarimu selalu tumbuh meski kaupotong. Sebesar itulah cinta. Tak pernah sangat besar, tidak juga terlalu kecil. Cinta itu cukup.”
“Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya, melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.”“Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya.”“Ketika wanita menangis, itu bukan karena dia ingin terlihat lemah, melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura – pura kuat”
“Impian itu seperti sayap. Dia membawamu pergi ke berbagai tempat. Kurasa, mamamu sadar akan hal itu. Dia tahu, kalau dia mencegah mimpimu, itu sama aja dengan memotong sayap burung. Burung tersebut memang nggak akan lari, tapi burung tanpa sayap sudah bukan burung lagi. Dan manusia tanpa mimpi, sudah bukan manusia lagi.”
“Aku belajar bicara pada hening. Karena sepi sudah akrab denganku. Kematian menciumku, maka merah flamboyan tak cukup terang nyalakan mataku. Padahal denyar belum usai. Kuku kisruh masih mencakar-cakar."Andai semua makhluk yang bernapas bisa berterima kasih kepada kesalahan," begitu katamu. "Kamu baik, hormat, dan sayang padaku, dari dulu, sekarang, dan semoga selamanya. Aku bisa mati tanpamu," jawabku pada kabut.”