“Junjungan Kasih ku di langit cinta, dikala siang daku meraba kepada malam aku meneka. Mengapa mencari pada yang tiada?When the past has become part of the future, what does the present really holds?”
“Sering ku terdengar,Usikan nakal,si lelaki pada wanita,FEUWIT, CUNNYA!buatku keliru sendiri,apakah ertinya kecantikan wanita,di mata lelaki?Adakah pada susuk tubuh yangmenggiurkan?Atau pada akhlak yang menawan?Biar apa pun jawapannya,Aku tetap aku,Apa yang ku tahu,Aku seorang wanita,Fitrahku sukakan diri cantik jelita,Namun bukan kecantikan di mata manusia,Sebaliknya,Ku mencari kecantikan yang diiktiraf Tuhan.-Monolog Layyinul Harir-”
“Namun, tiada kiranya kata pemborosan terhadap waktu bagi orang-orang yang mencari hakekat kasih. Bahwa di dalam kasih, tumbuh di sana perdamaian dan bukan juga cuma pertikaian, melainkan berbaur keduanya dalam suatu kesepadanan yang tulen”
“Bagiku, Galaksi Cinta tidak akan pernah tiada. Ketika malam tak terlalu purnama, lalu kau saksikan bintang-bintang membentuk rasi menurut kehendak-Nya, cari aku di Galaksi Cinta. Aku tetap akan ada disana. Tersenyumlah... Allah mencintaimu lebih dari yang kamu perlu”
“Mungkin aku memang sudah gila, mencintai pacar temanku sendiri. Barangkali cinta seperti kejahatan. Ia bisa terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga karena adanya kesempatan. Aku tahu pasti aku hanya mencari-cari pembenaran saja untuk perasaanku. Jadi siapa aku sekarang? Hanya pecundang malang yang jatuh cinta kepada orang yang salah, dan pada saat yang sama dicintai oleh orang yang salah pula!”
“Kegiatan fisik dalam menulis fiksi bertolak belakang dengan hasil yang didapat. Kegiatan tersebut adalah duduk tegang dan jenuh sepanjang siang atau malam di depan meja dan mesin ketik, pada saat aku ingin berdiri dan pergi ke suatu tempat untuk melihat sesuatu yang aku yakini lebih menarik dibanding apa yang sedang aku kerjakan.”