“Menuliskan tanda tanda zaman adalah menuliskan kegelisahan kebudayaan di tengah tengah pelbagai himpitan yang mau meniadakannya. Hanya manusia yang mau resah dan tidak mau mapan mampu menuliskannya.”

Sindhunata

Explore This Quote Further

Quote by Sindhunata: “Menuliskan tanda tanda zaman adalah menuliskan k… - Image 1

Similar quotes

“Hanya manusia tidak baik yang memilih untuk ngemplang alias tidak mau bayar utang.”


“Hidup jujur, tidak mengambil milik orang lain, hanya itulah yang setiap hari diminta Mbah Setro dan istrinya. Tiap hari Mbak Setro menyunggi arang. Upayanya ini seakan sia-sia karena tak membuahkan apa-apa. Namun, justru dalam upayanya itu tersimpan penghargaannya yang dalam terhadap hidup ini: bahwa hidup harus dijalani dengan tekun, jujur , dan sungguh-sungguh, kendati rasanya hanya sia-sia belaka.”


“Tidak ada bisa atau tidak bisa, yang ada hanya mau atau tidak mau (Firman Budi Kurniawan)”


“Dunia, menurut Tuan, adalah sebuah model kartografi. Tuan dengan kalem dan konsisten berbicara tentang "ekstrem kiri" dan ekstrem kanan" dan sesuatu yang di tengah-tengah, tentang "barat" dan "timur", "utara" dan "selatan", "kafir" dan "beriman" dan "orang-orang yang ragu" dan sebagainya. Bagi Tuan dunia bisa digambar dengan jelas, bukan karena kita menyederhanakan soal, tetapi karena kita manusia, mau tak mau menyusunnya dalam konsep-konsep. Manusia adalah makhlkuk yang membentuk kategori. (dan) apakah bahasa sebenarnya, kalau bukan sesuatu yang terdiri dari konsep, pengelompokkan, dan penggolongan, karena ada kejelasan? Saya selalu kagum dengan semua itu. Tapi bagaiana dengan hal-hal yang acak, yang kebetulan, yang kecil-kecil yang tidak bisa dimasukkan dalam kategori-kategori? (maka kita harus) rendah hati, menerima kehadiran dunia dengan segala keacakannya, kerumitannya yang tidak selamanya bisa takluk kepada imperialisme konseptual. Tapi, tentu kita pun bertanya, bagaimana dengan itu kita akan mengubah dunia?”


“Meski miskin, suami istri Setrowikromo merasa tidak berkekurangan. Mereka juga tidak pernah meminta uang dari ketiga anaknya. "Untuk kami berdua, segelas beras sudah cukup. Yang mesti kami pikirkan, bagaimana menyumbang tetangga yang mempunyai hajatan," tutur Khatijah...”


“Orang-orang tidak bisa membelikan aku apapun yang aku mau, karena yang aku mau cuma kebebasan.”