“kulihat kepulan hidupku yang terakhir, mendekati. Inilah kelebihan orang mati--ia bisa melihat wujud hidup.”
“Tuyul ini adalah makhluk halus--ia sudah mati tapi tampak hidup seperti anak normal. Hanya ia tidak bisa besar. Ia berada di alam kanak-kanak selamanya. Waduh, kan kayak Peter Pan?”
“Akhirnya mereka semua diam bukan karena tidak mau ribut-ribut di depan orang mati, tapi karena ada makhluk di dekat yang tak bernyawa, yang bisa sesenggukan.”
“Begitu cintanya mereka pada hidup. Hingga orang mati pun tidak diperkenankan tampil sebagai mayat.”
“...hidup seringkali dipenuhi dengan orang-orang yang berjalan dalam tidur, yang sebenarnya sudah tak menginginkan hidup itu lagi, namun mereka tidak tahu pilihan yang lain.”
“Ia menceritakan kisah tentang surga, di mana para manusia yang saleh dapat hidup dengan nikmat, senikmat-nikmatnya. Mereka bisa mendapat makanan dan minuman berlimpah, bidadari yang cantik-cantik (jadi, para bidadari tidak bisa menikmati surga karena mereka cuma budak seks di sana).”
“Orang yang mati disebut pergi. Sedang aku belum pergi. Aku masih di sini. Tapi sungguh, aku sudah mati.”