“Ciri-ciri kesan Islam pada sejarah sesuatu bangsa harus dicari bukan pada perkara-perkara atau sesuatu yang zahir mudah ternampak oleh mata kepala, akan tetapi lebih pada perkara-perkara yang terselip tersembunyi dari pandangan biasa, seperti pemikiran sesuatu bangsa yang biasa terkandung dalam bahasa.”
“Sesuatu yang membuatmu pergi, pada saatnya akan menjadi sesuatu yang membawamu pulang kembali. Sesuatu itu berwujud satu, tetapi memiliki dua nama; “Luka” dan “Kenangan”. Yang satu membuatmu ingin melangkah jauh, yang satunya lagi memaksamu untuk mendekat lagi. Tarik menarik antara mereka, biasa kau sebut: Cinta”
“…Bintang itu bintang sama saja dengan yang dilihat orang biasa. Tetapi bagi mereka yang mengerti, bintang itu bukan bintang sembarangan yang bisa diremehkan. Yang membedakan bukan pada bintangnya, melainkan pada kepala orang yang melihatnya…”
“Tak pernah ada perang untuk perang. Ada banyak bangsa yang berperang bukan hendak keluar sebagai pemenang. Mereka turun ke medan perang dan berguguran berkeping-keping seperti bangsa Aceh sekarang ini...ada sesuatu yang dibela, sesuatu yang lebih berharga daripada hanya mati, hidup atau kalah-menang.”
“Tak ada yang lebih buruk daripada iri pada sahabat, atau mengharapka sesuatu yang menurut perasaanmu seharusnya menjadi milikmu.”
“Suara, nyanyian, musik, gunung, pantai, langit, padang pasir, laut yang membuat mereka indah sesungguhnya hal yang tidak kelihatan. Matahari juga tak bisa ditatap langsung oleh mata, tetapi yang membuatnya indah bukan hal yang bisa ditatap langsung oleh mata kan? Selalu ada sesuatu. Sesuatu yang misterius tetapi sangat bermakna. Itulah yang harus kau temukan… Keindahan bukanlah yang kau dengar atau lihat. Keindahan adalah yang kau rasakan. Jauh sampai ke dalam hati.”