“Aku tak tau mengapa otakku terus memikirkan tentang Evan. Apa aku rindu? Ah, apa yang diketahui anak usia 11 tahun tentang ‘rindu’?”
“Senja ini, Evan membawaku ke sebuah pohon yang bertepian danau. Evan dan aku saling menggenggam tangan. Tak terasa, kini aku pun menangis”
“Biarkan otak ini berfantasi. Mengingatmu, mengingat tentang kita yang sama-sama belum mengerti cinta”
“Aku tak tahu kenapa rasa ini masih terlalu kuat untukku bertahan diantara jarak. Kamu dan aku, kita sudah berbeda tempat. Keberadaanmu kini melewati berbagai provinsi di tempatku diam.”
“Kata orang, Bunga Edelweiss melambangkan keabadian. Kuharap begitu, kuharap jangan rasaku saja yang abadi untuknya. Kuharap, diapun sama.”
“Rumahmu akan tetap menjadi milikmu, Karena kuncinya hanya satu.Yaitu Kamu”
“Aku mungkin hanya musafir iseng tak punya tujuan? Apa yang kucari? Aku terpenjara oleh kantor, oleh keluarga, oleh orangtua dan mertua, oleh istri dan anak-anak. Tapi siapa bilang aku tak terpenjara oleh nafsuku sendiri, dan kecenderungan-kecenderungan sok mengejar apa yang abadi, tapi tak sadar telah kandas diatas segala yang fana?”