“Mengetahui bagaimana agama-agama lain menerjemahkan bahasa Tuhan adalah sebuah proses yang mengasah otakmu, tidak harus berakhir dengan pertukaran imanmu, Astu”
“Kedudukan agama Islam sebagai agama Persekutuan, bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan, kedudukan Raja-raja Melayu dan hak istimewa orang Melayu serta Bumiputera merupakan asas kontrak sosial yang tidak harus dilupakan.”
“Seharusnya Islam adalah sebuah agama bagi seluruh dunia, terlepas dari ras, bahasa maupun kebudayaan. Tidak masuk akal bahwa Tuhan mengharapkan semua orang di seluruh dunia untuk belajar membaca tulisan Arab, bukan?”
“para pemeluk agama pasti marah jika tahu aku mengatakan hal itu, karena mereka hanya memeluk agama, cuma meluk jadi cenggur. beda dengan penyetubuh/pengencuk agama yang paham dengan agamanya hingga bisa klimaks dengan Tuhan. Met pacaran ma Tuhan Cuuk!!”
“Bagiku, El, omong kosong jika para petinggi agama mengatakan bahwa agama tidak ada urusannya dengan akal. Buat apa manusia dianugerahi otak jika untuk mengenali Pencipta Otak itu, dia tidak boleh menggunakan otaknya? Menurutku, agama selalu memberi kesempatan kepada para pemeluknya untuk memilah mana yang harus dia pastikan dengan akalnya, mana yang cukup dipercaya begitu saja. (Kashva to Elyas, MLPH: 126)”
“Sejarah adalah suatu proses yang hidup, saling berbenturan, saling berinteraksi, saling mengembangkan diri, tidak saja antara daerah satu dengan daerah lain namun lingkupnya sangat luas. Hasil interaksi antara satu peristiwa lain, yang juga akan terus berinteraksi dan berkembang, bagai rangkaian benturan atom yang tak pernah berakhir, demikian terus tidak kenal kata henti sampai dunia ini berakhir dalam kepunahan (kiamat).”