“Ia (Adam) diberi akal sebagai perangkat mengetahui dan memahami. Diberi nafs yang dengannya ia menyedari dan mengerti. Diberi hati yang dengannya ia merasa dan mencinta.”
“Diberi paha minta pelir. Diberi pelir minta buntut. Diberi buntut minta cinta. Diberi cinta minta hati dan dia wajar mati!”
“Dirasakannya cintanya, cinta yang mudah, sederhana dan bermaksud baik. Dan ia tak sampai hati melukainya. Bagaimana mungkin ia bisa berfikir, berkata terhadap cinta yang tidak rumit ini.”
“Sekarang gue sudah mengerti bahwa bentuk cinta yang gue mau berarti pengorbanan, bukan permintaan. Cinta itu harus diberi dengan rela dan terbuka.”
“barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas.”
“Cinta membuatnya tak perlu menggunakan akal dan pikiran, tapi ia mendapat petunjuk dengan hati, dan karena cintalah yang membuat hatinya tak bisa padam, seperti obor abadi dari api abadi.”