“Daun yang jatuh take pernah membenci angin”

“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”

“Mungkin ada benarnya juga buku - buku itu bilang. Orang - orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri.”

“Masalahnya, kita tidak pernah dalam posisi mereka, kan? Tidak pernah dalam posisi orang-orang yang dicemburui. Percaya nggak, terkadang mending kita dalam posisi yang mencemburui dibanding sebaliknya. Kita aja yang nggak pernah tahu. Anyway, dengan nggak tahu, nggak mesti kita merasa kehidupan mereka lebih oke, kan?”

“Buku yang baik tidak pernah dilihat dari sampulnya, bukan?”

“Ya, cinta seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tetapi sedikir sekali yang benar - benar pernah melihatnya.”