“Apakah mereka yang terlahir makmur.. layak untuk berbicara tentang perang?”
“Musuh membiak seperti tikus. Kau injak mereka, kau racun mereka, kau bakar mereka, akan lebih banyak lagi yang muncul! Tidak ada bedanya apakah kau hidup pada masa perang atau damai, makmur atau kelaparan! Musuh selalu menyusun rencana di belakangmu.(Shah Jahan dalam Taj Mahal, Kisah Cinta Abadi)”
“Jangan iri kepada siapa pun, karena orang baik tidak layak diirikan.Sedangkan orang jahat, semakin mereka makmur, semakin mereka merusak diri sendiri.”
“Tak pernah ada perang untuk perang. Ada banyak bangsa yang berperang bukan hendak keluar sebagai pemenang. Mereka turun ke medan perang dan berguguran berkeping-keping seperti bangsa Aceh sekarang ini...ada sesuatu yang dibela, sesuatu yang lebih berharga daripada hanya mati, hidup atau kalah-menang.”
“Banyak orang mengeluh tentang problem-problem yang selalu menghadang mereka untuk mencapai kesuksesan. Tetapi aku tidak percaya akan adanya problem-problem didunia ini justru yang mencari-cari problem yang mereka inginkan, dan bila tidak mereka temukan, mereka menciptakan problem-problem itu”
“Teori tentang sinema tidak terletak di dalam sinema, melainkan pada konsep-konsep tentang sinema (outside), namun teori sinema ini sepraktis dan seefektif sinema itu sendiri. Para sutradara itu seperti pelukis atau musisi: mereka menguasai dengan baik tentang apa yang mereka kerjakan. Tapi, ketika mengerjakannya, mereka menjadi sesuatu yang lain, mereka menjadi filsuf atau teoritikus – bahkan Howard Hawks yang menyatakan tak butuh teori untuk berkarya, atau Godard yang dalam berkarya seolah-olah menyangkal teori. C2:280”